RAMADHAN DAN TAUHID

DR. Ali bin Umar, UUQ (Universitas ummul Quro) Fakultas Dakwah
Tauhid adalah landasan agama ini dan sendi yang paling utama. Sedangkan syahadat [لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ] adalah permata Islam. Syahadat adalah inti dari Pemurnian ibadah hanya kepada Allah, Pencipta alam semesta, serta buah mengikuti penutup para Nabi dan Rasul.
Telah diketahui bahwa macam syirik yang paling samar adalah riya` yang kesamarannya telah disifati oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
فَإِنَّهُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ
“Sesungguhnya (riya`) lebih samar dari rambatan semut.” (HR. Ahmad)
Beliaupun takut umatnya tertimpa bahaya riya`, seraya bersabda:
« إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ ». قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: « الرِّيَاءُ »
“Sesungguhnya perkara yang paling aku takutkan terhadap kalian adalah syirik kecil, maka para sahabat bertanya: “Apakah syirik kecil itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Riya`.” (HR. Ahmad, Hakim)
Kita ketahui bahwa keistimewaan puasa yang paling istimewa adalah melatih keikhlasan dan terbiasa muraqabah (merasa diawasi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala). Puasa mampu menjauhkan seorang hamba dari riya`, dan  menjauhkannya dari sikap tidak tahu malu. Kewajiban puasa adalah termasuk ibadah paling agung yang di dalamnya seorang hamba merealisasikan  kemurnian tauhid dengan keikhlasan, serta kehidupan tauhid dengan muraqabah. Di dalam puasa, seseorang tidak mengharap kecuali wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebaik-baik dalil qudsi terkenal yang diriwayatkan oleh al-musthafa Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dari Rabb-Nya adalah:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ، إِلاّ الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ،
“Setiap amal (perbuatan) anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa, puasa itu adalah untuk-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Di dalam jiwa, puasa akan menumbuhkan penjagaan terhadap amanah, dan keikhlasan dalam perbuatan, serta tidak menginginkan di dalam puasanya kecuali wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini adalah sebuah karunia agung yang akan menghilangkan keburukan mudahanah, riya` dan kemunafikan.
Terdapat perkataan para ulama yang berharga tentang alasan pengkhususan puasa dan pahalanya seperti yang disebutkan dalam hadits qudsi di atas; diantaranya adalah:
  1. Bahwa puasa tidak akan terkena riya` seperti  ibadah yang lain.
  2. Bahwa puasa tidak akan tampak pada diri anak Adam, karena puasa adalah sesuatu yang ada di dalam hati. Yang demikian itu karena amal-amal ibadah tidak akan ada kecuali dengan gerakan, kecuali ibadah puasa, puasa dilakukan dengan niat yang tersembunyi dari manusia.
  3. Seluruh ibadah tampak jelas dengan melakukannya, dan apa yang tampak sedikit sekali yang selamat dari keburukan, berbeda dengan puasa.
  4. Ketika berbagai amalan anak Adam memungkinkan dimasuki oleh riya` maka amalan tersebut dinisbatkan kepada mereka. Berbeda dengan puasa, orang yang menahan makan dalam keadaan kenyang sama dengan orang yang menahan makan karena taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala), yakni dalam sisi zhahirnya. Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menisbatkan puasa itu untuk diri-Nya.
  5. Masuknya riya` ke dalam ibadah puasa tidak dari sisi pemberitaannya kepada manusia misalnya dengan mengatakan: “Sesungguhnya aku puasa.” Berbeda dengan amal-amal ibadah lain, yang mana riya` terkadang memasukinya begitu ia melakukannya.
  6. Karena puasa tidak akan dimasuki oleh riya` sebab kesamarannya, dan karena lapar serta haus tidak digunakan untuk mendekatkan diri kepada seorangpun dari raja-raja dunia, tidak juga kepada berhala-berhala.
Puasa adalah rahasia antara seorang hamba dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia melakukannya dengan keikhlasan, melakukannya dengan berharap keridhaan-Nya. Puasa adalah untuk Pencipta alam semesta. Di antara seluruh amal, maka sesungguhnya orang yang berpuasa tidaklah melakukan sesuatu, dia meninggalkan syahwat, makan, dan minumnya hanyalah untuk sesembahannya, yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia tinggalkan kecintaan, dan kenikmatan jiwa demi mementingkan kecintaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan keridhaan-Nya.
Puasa inilah -wahai saudaraku muslim- yang anda telah merealisasikan ikhlash kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala jauh dari riya`. Maka mendalamlah keyakinan di dalam hatimu, semakin bertambah nilai-nilai keimanan, serta semakin nyata makna-makna tauhid di dalam jiwamu. Maka jika ditambahkan yang lebih dari itu, yaitu perasaan senantiasa diawasi oleh Allah, serta hadirnya keagungan-Nya maka menjadi jelaslah bagimu betapa agung  dampak puasa terhadap tauhid. Betapa agung isyarat al-Qur`an yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan ringkasan pengaruh puasa, serta puncak tujuan dan hikmahnya dalam firman-Nya yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu menjadi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Makna takwa yang paling agung adalah muraqabah terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memenuhi jiwa dan hati, dan semakin meningkat sebagai saksi akan keagungan iman dan kebenaran tauhid.
Puasa mempersiapkan jiwa orang yang berpuasa untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan meninggalkan nafsu syahwat yang mudah untuk memperolehnya serta yang dia gemari. Sekiranya bukan karena takut kepada Allah, dan karena muraqabahnya terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala tentulah dia tidak akan meninggalkannya sekalipun meninggalkannya dengan mengorbakan harga yang paling mahal. Akan tetapi ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikannya menjaga amanat Allah pada keadaan tersembunyi dari manusia, dan kesendiriannya. Maka sungguh agung faidah puasa dalam merealisasikan permata iman, serta mendapatkan hakikat tauhid. Betapa besar pengaruh yang ditimbulkan oleh puasa, di antaranya adalah khouf (takut) dan raja` (pengharapan). Jadi, orang yang berpuasa mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang senantiasa mengawasi dalam kesendiriannya. Dia telah mengharamkan dirinya untuk meraih syahwat yang memang dia diciptakan untuk cenderung kepadanya dalam keadaan sendirian. Maka dia taat keapada Rabb-nya, melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya, karena takut hukuman-Nya dan berharap pahala-Nya.
Sesungguhnya diantara tanda-tanda keimanan, adalah seorang mukmin membenci syahwa-syahwat yang membuatnya tercela, saat dia mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala  membencinya. Maka dia arahkan syahwatnya kepada apa yang diridhai oleh Maulanya sekalipun bertentangan dengan hawa nafsunya. Sikap inilah yang mewariskan rasa khasyyah (takut) kepada Allah, menumbukan sikap muraqabah, dan membangunkan perasaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji dan memuliakan orang-orang yang dapat merealisasikan makna-makna pemurnian tauhid dan pendalaman muraqabah dalam puasanya dengan menjadikan sebuah pintu khusus dari pintu-pintu sorga untuk mereka. Darinyalah mereka akan memasuki sorga, tidak ada yang menyertai mereka dari pintu tersebut. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Sahl bin Sa’d Radhiallahu ‘Anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
إنَّ فِي اْلجَنَّةِ بَاباً يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُوْنَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ، يُقَالُ: أَيْنَ الصَّائِمُوْنَ؟ فَيَقُوْمُوْنَ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ، فَإِذَا دَخَلُوْا أُغْلِقَ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ.
“Sesungguhnya di dalam sorga terdapat sebuah pintu yang disebut ar-Royyan. Akan masuk darinya orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat, tidak akan masuk darinya seorangpun selain mereka. Maka jika mereka telah masuk, pintu tersebut ditutup dan tidak ada yang bisa masuk dari pintu tersebut.” (HR. Bukhari: 1875, Muslim: 2663)
Maka renungkanlah pengkhususan dan pengumuman ini. Di dalamnya tampak bahwa orang-orang yang ahli puasa akan dikenali oleh para saksi. Itu adalah sebuah balasan dari jenis amal mereka. Bukankah dulu dia ikhlash karena Allah, maka sesungguhnya tatkala dulu puasa adalah rahasia antara seorang hamba dengan Rabb-nya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menampakkannya di akhirat secara terang-terangan kepada seluruh makhluk, agar ahli puasa terkenal, dan diketahui puasa-puasa mereka diantara manusia sebagai balasan atas rahasia puasa mereka di dunia.
Segala puji bagi Allah, Pencipta alam semesta, dan semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kepada keluarga dan seluruh sahabatnya. (AR)*

(Majalah Qiblati Th. II ed. 12)

0 komentar:

Copyright © 2012 BERSAMA MENAMBAH KEIMANAN.