Belajar yang terbaik adalah belajar dari pengalaman yang telah dilalui. Karena dari pengalaman masa lalu akan membuat seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya sehingga memungkinkan untuk tidak jatuh pada "lubang" yang sama. Sebagaimana pepatah mengatakan guru yang terbaik adalah masa lalu. Oleh karena itu pentingnya untuk muhaasabah diri di setiap waktu dengan merenungi kejadia-kejadian yang dialami sebelumnya. Sehingga dengan itu kita memahami apa yang telah kita lakukan sebelumnya dimana letak kesalahan dan berusaha untuk kita tidak lakukan untuk hari esok. Muhaasabah diri or intropeksi diri yang ideal adalah dimana sebelum tidur kita banyak merenung dan memikirkan kejadian yang terjadi hari itu dan memohon ampun untuk kesalahan yang dilakukan hari tersebut dan memperbaiki apa yang belum sempat untuk dilakukan atau diselesaikan hari itu. Muhasaabah diri juga akan menjadikan kita mampu untuk menjadi lebih baik dari hari sebelumnya.


Diantara tanda-tanda ilmu yg bermanfaat :
1. Mengamalkannya.
2. Tidak suka dipuji dan disanjung serta tidak sombong terhadap makhluk.
3. Semakin bertambah tawadhu'mu ketika ilmumu semakin bertambah.
4. Lari dari cinta kedudukan, ketenaran dan dunia.
5. Jauh dari mengaku berilmu.
6. Berburuk sangka terhadap diri sendiri dan berbaik sangka terhadap manusia karena menjaga diri dari mencela mereka.
(Idhoo-aat fi Thoriiq al 'Ilmi : 22-23)
Ustadz Abuz Zubair Hawaary
PEMUDAMUSLIM.COM

Salah Satu Sebab Lenyapnya Keberkahan Ilmu

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata :
“ ما من إنسان في الغالب أعطي الجدل إلا حرم بركة العلم ؛ لأن غالب من أوتي الجدل يريد بذلك نصرة قوله فقط ، وبذلك يحرم بركة العلم ..
أما من أراد الحق ؛ فإن الحق سهل قريب ، لا يحتاج إلى مجادلات كبيرة ؛ لأنه واضح ..
ولذلك تجد أهل البدع الذين يخاصمون في بدعهم علومهم ناقصة البركة لا خير فيها ، وتجد أنهم يخاصمون ويجادلون وينتهون إلى لا شيء ! .. لا ينتهون إلى الحق . ”
( تفسير سورة البقرة / ج2 / ص 444 )

“Tidaklah ada seorang insan -pada umumnya- yang diberikan hobi debat/berbantah-bantahan kecuali dia pasti terhalang dari keberkahan ilmu. Karena kebanyakan orang diberi kepandaian mendebat/suka membantah hanya ingin dengan debatnya itu untuk membela pendapatnya sendiri. Dengan sebab itulah ia terhalang dari keberkahan ilmu.”
“Adapun orang yang menginginkan kebenaran, maka sesungguhnya kebenaran itu mudah dan dekat/tidak sulit diperoleh, ia tidak butuh kepada banyak perdebatan yang besar; karena kebenaran itu gamblang. Oleh sebab itu anda dapati bahwa ahli bid’ah yang suka membela kebid’ahan mereka dengan segala bentuk perdebatan/bantahan, ilmu mereka itu minim keberkahan, yaitu tidak ada kebaikan padanya sama sekali. Dan anda bisa jumpai bahwa mereka suka mendebat dan membantah hingga pada akhirnya mereka tidak mendapatkan hasil apa-apa [yang bermanfaat]!… Artinya mereka tidak menggapai kebenaran.”
[Tafsir Surat al-Baqarah, Juz 2 hal. 444]

[PENTING: Bekali Anak dengan Ilmu Agama]

Pergaulan yang makin bebas di kalangan remaja harus diantisipasi oleh para orangtua. Banyaknya remaja putri yang hamil di luar nikah dan makin banyaknya remaja yang menderita penyakit menular seksual (penyakit kelamin) merupakan dampak dari pergaulan bebas. Sudah menjadi kewajiban orangtua untuk membekali anaknya dengan ilmu agama. Islam sudah mengajarkan pembinaan dan pengajaran bagi orang tua dalam mendidik putra-putri mereka, antara lain dengan memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan ketika sudah menginjak usia 10 tahun, seperti yang dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun dan pukullah mereka ketika meninggalkannya apabila mereka telah berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka”. Selain itu, orang tua hendaknya juga mengajari anak untuk meminta izin terlebih dahulu ketika akan memasuki kamar orangtua, yaitu supaya menghindarkan anak dari melihat aurat orangtua. Seperti yang disebutkan dalam Qur’an Surat An-Nur ayat 59, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman : “Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
Selain itu, orangtua juga bisa membiasakan anak untuk berpuasa sunnah, karena dengan berpuasa insyaAllah dapat lebih mengendalikan syahwatnya. Orangtua hendaknya menasihati anak untuk memilih teman yang baik dan menjauhi teman yang buruk supaya tidak ikut terpengaruh. Selain itu, hendaknya kita menjaga anak-anak kita dari pengaruh buruk media informasi, seperti televisi, internet, dan lainnya.


لماذا لم يرضى الله للنساء الحزن ؟
Mengapa Allah tidak ridho dengan kesedihan yang menimpa wanita...??
فَنَادَاهَا مِن تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي
"Maka Ia (Jibril) berseru kepadanya dari tempat yang rendah, "janganlah engkau bersedih hati.." (Maryam : 24)
وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي ۖ
"Dan janganlah engkau takut, dan jangan pula bersedih hati.." (Al-Qoshosh : 7)
كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ
"Agar senang hatinya dan tidak bersedih hati.." (Al-Qoshoh : 13)
Ketiga ayat diatas menjelaskan bahwa betapa kesedihan seorang wanita itu sungguh sangat mendalam lagi menyakitkan, tak mampu dipikul oleh siapapun sebelumnya.
فرفقا بالقوارير
"Maka perlahanlah..berlemah lembutlah terhadap 'gelas-gelas kaca' (wanita)." merupakan perumpaan yang sepadan dari Nabi shallallahu'alaihi wasallam (untuk kaum wanita), yang mana jika ia bersedih maka berkecailah hatinya...
(Sekali lagi..) Berlemah lembutlah kepadanya..!!!
Jangan kau hancurkan hati Ibu-mu, walau hanya dengan satu kata..
Jangan kau sakiti hati saudari-mu dengan celaan..
dan jangan kau lukai hati istri-mu dengan cemoohan..
Ber-taqorrublah kepada Allah..dengan berbuat baik terhadapnya, dan jangan sekali-kali membuat hatinya bersedih..
Oleh: Akhi Ibnu Hilmy
MUSLIM.OR.ID


Semudah ucapan di lisan, namun sangat sulit direalisasikan. Istiqamah, berlaku lurus dalam koridor syariat ternyata tidak seringan ucapan di lisan ini. Perjuangan untuk tetap tegar di jalan syariat ternyata tidak sepi dari gangguan dan ancaman.
Namun, Sang Khaliq sangat sayang kepada para hamba-Nya hingga solusi dan tips untuk membuat istiqamah pun telah dipilihkan, yaitu ikhlas dan mempelajari aqidah shalih, berdoa kepada Allah, pendek angan-angan, memperhatikan kandungan Al-Qur’an. Selain itu, masih ada beberapa kiat untuk menjaga keistiqamahan tersebut, diantaranya;
Memikirkan Akibat Dosa dan Kengerian Adzab-Nya
Hendaklah seorang muslim meyakini dan mengingat selalu hanya kepada Allah semata. Segala sesuatu akan dikembalikan kelak. Dia akan memperhitungkan segala perbuatan hamba-hamba-Nya, lalu membalas perbuatan mereka yang telah mereka kerjakan di kehidupan ini. Setiap kali seorang hamba menghadirkan semua hal di atas, maka hal itu dapat membantunya untuk tetap sabar dalam beristiqamah dan teguh di atas agama Allah. Oleh karena itu, allah berfirman di dalam Al-Qur’an tentang orang-orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya:
فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَيَقُولُ هَاؤُمُ اقْرَءُوا كِتَابِيَهْ (١٩)إِنِّي ظَنَنْتُ أَنِّي مُلاقٍ حِسَابِيَهْ (٢٠)
“Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitab dari sebelah kanannya, maka dia berkata, ’Ambillah, bacalah kitabku (ini). Sesungguhnya aku yakin, bahwa aku menemui hisab terhadap diriku.’”(QS. Al-Haqqah: 19-20)
Apabila seorang hamba mengetahui bahwa dirinya akan dihisab dan mengingat-ingat hisab, balasan dan berdiri di hadapan Allah, maka hal ini termasuk sarana terbesar untuk dapat beristiqamah dan tegar di atas agama Allah tabaroka wa ta’ala.
Membiasakan Mengerjakan Perintah-Nya
Hendaklah dalam menuntut ilmu bukan sekadar mendapat ilmu semata. Namun lebih dari itu, harus mengamalkannya. Ali bin Abi Thalib berkata:
“Ilmu akan bersambung bila diamalkan, bila tidak, maka ia akan pergi.”
Hendaklah membiasakan diri mengamalkan perintah-perintah Allah. Bila mendengar kalimat dari gurunya, mendengar nasihat dari khatib, atau mendengar peringatan dari orang alim, hendaklah membiasakan diri untuk mengamalkannya. Allah berfirman:
وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا
“Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka).” (QS. An-Nisa’: 66)
Dengan demikian membiasakan diri melaksanakan perintah Allah dapat menjadi salah satu sarana meraih keteguhan di atas agama Allah ta’ala.
Pilih Teman Shalih
Teman yang baik adalah yang mengingatkan bila kita lalai, menegur bila kita bermaksiat, dan memberikan dukungan bila kita mengamalkan dan menyambut ketaatan. Allah berfirman:
قَالَ سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ
“Kami akan membantumu dengan saudaramu.” (QS. Al-Qashash: 35);
Teman yang baik akan membantu saudaranya berbuat kebaikan. Maka sudah sepatutnya seorang muslim antusias dalam mencari teman yang baik lagi istiqamah, yang dapat membantunya untuk istiqamah di atas ketaatan kepada Allah.
Berhati –hatilah!
Tidak kalah pentingnya bersikap waspada dari sarana fitnah, kesesatan, dan kebatilan. Sebab semua itu dilandasi salah satu atau kedua senjata syaitan menggoda manusia dan menggelincirkannya.
Mempelajari Sejarah Nabi dan Orang-Orang Shalih Setelah Beliau
Sirah mereka yang mulia, kisah mereka yang mewangi, dan kehidupan mereka yang penuh berkah lagi makmur dengan ketaatan kepada Allah bisa menjadi motivator untuk menumbuhkan kecintaan. Bila seseorang sudah cinta, maka ia akan mengikuti jejak mereka. Kemudian orang yang mengikuti jalan mereka niscaya akan diberi taufik untuk mengerjakan segala kebaikan dan dengan izin Allah ia akan terjaga dari segala keburukan.
Nabi shallallahu alaihi wa salam bersabda:
“Sesungguhnya ilmu hanya didapat dengan belajar, dan sifat santun dapat diraih dengan membiasakannya. Barangsiapa yang mencari kebaikan pasti ia akan diberi, dan barangsiapa yang berhati-hati dari keburukan maka ia akan dijaga darinya.”(Riwayat Al-Khatib al-Baghdadi)

Copyright © 2012 BERSAMA MENAMBAH KEIMANAN.