SENYUMLAH
Sesungguhnya Islam
telah mengenal arti dan nilai dari sebuah senyuman, jauh sebelum ia
dipelajari dalam disiplin ilmu. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam guru
manusia bersabda:
تَبَسُّمُكَ فِيْ وَجْهِ أَخِيْكَ صَدَقَةٌ
“Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah…”
Jarir bin Abdullah al-Bajali berkata, “Tidaklah Rasulullah
melihatku, kecuali dia selalu tersenyum di depanku…” yang demikian itu
karena beliau mengetahui bahwa senyuman adalah jalan yang lapang menuju
hati. Dialah wasilah yang dapat memikat hati, kunci emas untuk segala
perbendaharaan dan pembuka kesempitan dada…”
Adapun bermuka masam lagi muram maka ia adalah lawan dan kebalikan
dari senyuman. Ia menutup pintu hati dan mengunci jalan yang
mengantarkan kepadanya. Orang yang selalu murung mencerminkan jiwanya
yang selalu sempit dan sengsaranya.
Dan kebutuhan kita kepada senyuman ditengah masyarakat sekarang ini
lebih banyak daripada sikap yang murung dan bermuka masam. Inilah
senyuman yang cerah, yang memancar dari sebuah wajah milik Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang dimata Jarir lebih agung dari segala
kenangan dan lebih tinggi dari segala dambaan dan harapannya…Senyuman
cerah menawan yang mengangkat kehidupan.
Pepatah Cina mengatakan, “Seseorang yang tidak mengenal bagaimana
cara tersenyum maka dia tidak pantas membuka usaha perdagangan.” Ada
sebuah kisah, bahwa para pekerja di sebuah supermarket besar di kota
Paris meminta kepada pemilik supermarket tempat mereka bekerja, untuk
menaikkan gaji mereka. Ternyata permintaan mereka ini dijawab oleh sang
empunya supermarket dengan penolakan..! Para pekerja telah mengetahui
makna dari pepatah cina tadi, kemudian mereka semuapun bersepakat untuk
tidak tersenyum kepada para pelanggan atau pembeli di supermarket
tersebut, sebagai bentuk protes atas putusan pemilik supermarket tadi.
Maka apa yang terjadi setelah itu?. Pemasukan laba tempat itu pada
minggu pertama turun drastis hingga 60 % dibanding pemasukkan
minggu-minggu sebelumnya! Inilah senyuman yang mempunyai pengaruh kuat
dalam mempengaruhi hati dan perasaan manusia.
Dalam sebuah senyuman, selalu teriring penghangat segala rasa. Ada
sebuah fakta ilmiah yang mengatakan bahwa manusia ketika tersenyum maka
dia menggunakan 13 otot dari sebagian otot-otot di wajahnya, sedangkan
saat bermuka masam, maka manusia membutuhkan 74 otot. Dan sangat
disayangkan, kita sering berbuat ‘ngotot’ yang selalu menggunakan 74
otot ini dalam banyak hal.
Sebuah senyuman saja, tentu tidak dapat menyelesaikan
masalah-masalah yang ada pada diri kita. Akan tetapi ia akan memberikan
kita, suatu kemampuan untuk menghadapi segala masalah. Selain itu, juga
akan selalu memberikan kita suatu kemampuan yang dapat mempengaruhi
gerak-gerik orang lain dan kesan orang lain secara positif bahkan mampu
menjadikan mereka seperti yang kita inginkan. Coba kita berjalan
sebentar ke pasar-pasar, maka kita akan mendapati pada sebagian para
penjual dalam setiap toko, warung dagang, ataupun jasa pelayanan telah
mengambil keputusan untuk tidak meremehkan sebuah senyuman. Dan kini
kita ingat suatu pendapat yang selalu kita ulang-ulang yaitu pertama
kali yang seharusnya dipelajari oleh pedagang Arab ketika dia melakukan
profesi dagang, adalah tersenyum kepada para pelanggannya dan bersikap
kepada mereka atas dasar bahwa dirinya lebih membutuhkan kepada mereka
daripada mereka kepadanya.
Mari kita tengok juga, pada kantor-kantor layanan dan instansi
pemerintah, kita temukan sebagian mereka dalam cara bekerja
bertentangan dengan masyarakat. Kita akan menemukan pada sebagian
besar para pegawai itu seakan bersepakat untuk selalu bermuka masam
sebagai sebuah ungkapan keseriusan dan kesungguhan mereka. Mari kita
juga mengamati orang-orang yang ada di jalan-jalan, di pabrik-pabrik,
di sekolahan, di perguruan tinggi dan di setiap tempat, kita pasti akan
mendapati bahwa sebagian besar kita telah kehilangan nilai sebuah
senyuman. Dari sebagian pengamatan, bahwa salah satu sebabnya adalah
tidak adanya penghargaan terhadap nilai senyuman dalam bermuamalah
dengan manusia dan dalam hidup ditengah-tengah mereka. Demikian juga
adanya keyakinan yang salah bahwa dengan tersenyum akan mengurangi
wibawa dan kedudukan seseorang, atau dengan tersenyum ini akan
menimbulkan kejemuan dan olokan orang lain.
Tentu semua keyakinan ini bertolak belakang sekali dengan kenyataan
yang ada dalam meningkatkan dan membangun hubungan yang harmonis dengan
orang lain.
Adapun maksud dari tulisan ini adalah bukan berarti kita ingin
mengajak setiap orang untuk selalu berjalan membuka mulut atau
tersenyum pada setiap waktu dan tempat, akan tetapi ini adalah ajakan
untuk mencoba suatu cara baru yang berbeda dalam bergaul dengan orang
lain, yaitu suatu ajakan untuk selalu menampakkan kelembutan, kasih
sayang dan ketenangan, selain itu juga ajakan untuk menerima apa yang
diminta orang lain kepada kita dengan senyuman, jikapun harus menolak,
hendaknya menolak apa yang diminta itu dengan senyuman pula…Suatu
ajakan yang penulis berharap agar semua kita menerimanya juga dengan
senyuman!
(Majalah Qiblati Ed. 7 Th. I)
0 komentar:
Posting Komentar