SESUNGGUHNYA TUBUHMU PUNYA HAK ATAS DIRIMU
Ajaran Islam menjembatani antara pergumulan rohani melawan geliat
materialisme yang bergelora di dada setiap manusia. Risalah Islam
mengajarkan “Jalan Tengah” antara pola hidup materialistik vis avis
kehidupan spiritual.
Melalui hadits ini : Sesungguhnya Tubuhmu Punya Hak atas Dirimu.(HR. Imam Muslim dalam Kitab Shahihnya dari riwayat Abdullah ibnu Amru ibnu Ash. Hadits senada juga diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab Shahihnya dari Abi Juhaifah Wahab ibnu Abdullah. Dengan redaksi hadits. (Sesungguhnya Jiwamu Punya Hak atas Dirimu)
Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berpitutur kepada segenap kaum muslimin dan kemanusiaan universal, bahwa; Untuk mewujudkan kehidupan ideal, harus ada keseimbangan diri, antara pemenuhan kebutuhan jasad dengan kebutuhan rohani, yakni; melaksanakan hak-hak jasad dan hak-hak ruh (jiwa).
Makna yang tersirat dari Ujaran Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tersebut, adalah seseorang yang hanya mengutamakan kebutuhan fisik (badan kasat)nya, tanpa memperhatikan kebutuhan ruhiyahnya, sejatinya adalah orang yang ‘menabrak’ (melawan) kodrat kemanusiaan dirinya, sebab eksistensi kemanusiaan seseorang, bukanlah semata wujud lahirnya, namun terletak pada sisi ruhiyahnya. Manusia yang kehilangan keseimbangan pikirnya, manusia yang lenyap spirit rohaninya tak ubahnya seperti benda-benda padat lainnya, yang tak berjiwa, berakal dan berhati nurani. Demikian halnya manusia yang hanya fokus kepada materi tanpa memperhatikan aspek rohaninya, apa bedanya dengan habitat hewan? Bukankah yang membedakan manusia dengan hewan adalah akal, jiwa dan ruhnya?
Para bijak bestari mengatakan, bahwa manusia adalah ‘terminal’ kebaikan dan keburukan, jika nilai-nilai kebaikan yang mendominasi diri manusia, ia akan lebih baik daripada malaikat Allah. Jika nilai-nilai keburukan menguasai diri manusia, ia akan lebih buruk (jahat) daripada binatang. Dan penyebab utama kehancuran hidup manusia, ialah tidak adanya keseimbangan antara ‘laku’ lahir dan laku batin, aspek jasmani dan rohani, aspek materi dan spritual. Manusia yang hanya mendewakan materi, batinnya akan kering, jiwanya akan resah tak berujung. Manusia yang hanya fokus kepada rohani, hak-hak jasmani (tubuh)nya terabaikan, fisiknya rusak tak terawat. Dan yang pasti dua ‘model (style) kehidupan seperti itu, bertentangan dengan Sunnah kehidupan di dunia ini.
Karenanya, dalam Dunia Kedokteran Modern—utamanya fakultas kedokteran di berbagai perguruan tinggi ada jurusan kedokteran umum, ada bidang spesialisasi kejiwaan dan penyakit jiwa. Bahkan ada fakultas khusus psikologi, yang sedemikian itu menunjukkan ada titik pilah yang ‘tegas’ dalam menangani orang-orang yang sakit fisik dengan mereka yang sakit jiwa, serta merupakan bukti nyata bahwa makhluk bernama “Manusia” itu terdiri atas jasad dan jiwa, yang masing-masing perlu perawatan dan penanganan khusus. Karenanya Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bertutur kepada kita, bahwa jiwa kita mempunya hak yang harus diperhatikan dan ditunaikan.
Jika kita jeli memaknai diri, atau mencermati riak-riak kehidupan orang-orang di sekitar kita, niscaya, akan kita temukan batas pilah yang jelas antara sisi-sisi jasadi dan kisi-kisi jiwa. Orang yang keruh jiwa atau sedih hati, akan berimbas pada tubuh mereka, tampak jelas rona kesedihan di wajahnya. Orang yang ‘linglung’ (kusut) jiwanya, tatapan matanya tampak kosong. Dan banyak lagi ‘bahasa’ tubuh yang mengekspresikan jiwa. Karenanya para bijak bestari berkata, bahwa orang bisa saja berkutat lidah, tetapi dari sikap dan perilakunya akan terlihat jelas apa yang ada di dalam dadanya.
Sungguh agung pitutur Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam “Sesungguhnya tubuhmu punya hak atas dirimu.” Dengan sabda ini Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjelaskan kepada kaum muslimin dan kemanusiaan universal bahwa; diri manusia itu terdiri atas ruh dan jasad, pikir dan materi, jiwa dan badan. Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga memberi ingat bahwasanya fokus memperhatikan (merawat) tubuh, terlebih hanya memenuhi kebutuhan jasad adalah kesalahan besar dalam kehidupan di dunia ini, serta bertentangan dengan ajaran Islam. Demikian pula hidup yang hanya fokus mengurusi pelik ruhiyah (aspek rohani) tanpa memperhatikan ‘kesehatan’ serta hak-hak tubuh juga ‘bertabrakan’ (berlawanan) dengan ajaran Islam. Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mewajibkan adanya keseimbangan hidup, antara aspek ruhiyah dengan jasadiyah, aspek pikir dan materi, aspek jiwa dan badan dalam menjalani kehidupan di alam realitas ini. Sebab pola hidup yang mengedepankan kebutuhan jasad menafikan hak ruh, pun sebaliknya hidup yang ‘melulu’ ruhiyah dengan menafikan hak jasad, sejatinya adalah pola hidup yang bertentangan dengan Sunnah kehidupan itu sendiri.
Jika kita menoleh ke latar kesejarahan kaum muslimin di masa lalu, pernah terjadi dalam fase tertentu dalam kehidupan ummat Islam, riak-riak perilaku hidup anti dunia dan hanya fokus pada aspek spiritual mengemuka. Para pelaku zuhud tersebut, sengaja menjauhi pelik kehidupan duniawi, dengan dalih fokus kepada kehidupan akhirat dan mempertebal ‘laku’ spiritual, mereka ‘lari’ dari kehidupan nyata, anti dunia dan sama sekali tidak memperhatikan hak-hak jasad mereka, pangan, kebersihan, kesehatan dan kondisi fisik mereka. Sungguh naif memaknai zuhud dengan merusak tubuh dan menafikan hak jasad seperti itu. Perilaku an sich seperti itu, tidak saja merugikan diri pelakunya, juga merugikan ummat Islam secara keseluruhan.
Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bertutur kepada kaum muslimin, bahwa hakekat zuhud bukanlah anti dunia, tetapi menjaga jarak hati dari pelik duniawi, serta menjernihkan hati dari kemaruk dunia yang memalingkan hati dan jiwa dari Allah Azza wa Jalla. Yang sedemikian itu, bukan berarti anti dunia dan ‘merampok’ hak-hak tubuh yang mesti ditunaikan, justru Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mewajibkan setiap muslim untuk hidup sehat dan kuat, agar supaya bisa eksis beribadah kepada Allah, dan bisa melakukan sesuatu yang berdaya guna bagi sesama. Realita tersebut selaras dengan firman Qur’ani.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.”(Q.s. al Qashash 28 : 77)
Kini langit kehidupan ummat Islam telah terkotori virus-virus materialisme. Kalau pegiat zuhud—dalam makna sempit di zaman dahulu bersikap anti dunia dengan segala kenikmatanNya, maka generasi muda Islam kontemporer justru bersikap sebaliknya; mereka mendewakan materi, memfokuskan hidup dan kehidupan mereka murni kepada materi, tidak ada sebersit pun di pikiran mereka untuk mengimbangi pelik materi dengan aspek rohani. Tidak terlintas sedikit pun di hati mereka untuk menanamkan dalam jiwa mereka rasa takut kepada Allah (Taqwallah), lebih-lebih pemenuhan hak ruh mereka ditengah geliat materialime duniawi. Dan mereka pun terjerembab ke dalam perilaku materialistik yang selalu mendewakan harta benda duniawi.
Kedua pola hidup—zuhud dengan makna sempit dan pemujaan dunia itu, merupakan perilaku hidup yang bertentangan dengan Sunnah kehidupan dan sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Seorang yang anti dunia—dengan segala nikmatNya sejatinya adalah manusia yang menafikan hak-hak tubuhnya, mengingkari perintah Tuhannya dan tidak patuh dengan perintah rasulNya. Seorang yang mendewakan materi dan melulu fokus pada materi, adalah manusia yang menafikan hak-hak ruhnya, kufur dengan perintah Tuhannya dan tidak ta’at dengan ajaran rasulNya. Dua protipe manusia seperti itu, bukan cermin muslim sejati, dan belum disebut muslim yang paham dengan ajaran agamanya. Sebab seorang muslim sejati—sebagaimana firman Qur’ani dan sabda nabiNya adalah yang menyeimbangkan laku ruh dengan jasad, pikir dengan materi serta jiwa dengan badan dalam memaknai hidup dan menjalani kehidupannya di alam realitas ini.
Pegiat zuhud dalam maknah sempit, hidupnya lemah dan dekil, ia sama sekali tidak memperhatikan hak-hak jasad, makanan, kebersihan, kesehatan, kebugaran tubuh dan tampilan fisiknya. Dan sikap hidup lemah serta sakit-sakitan bukanlah cermin sejati seorang muslim. Penggila dunia yang pongah, sama sekali tidak memperhatikan kisi rohani, memikirkan aspek spiritual, menumbuhkan nilai-nilai religi dalam dirinya. Hidup dan kehidupannya hanyut dalam kenikmatan duniawi yang semu dan menipu. Manusia yang hanya memperturutkan hawa nafsu, tak ubahnya seperti makhluk melata lainnya, serta patut dipertanyakan harkat kemanusiaan dirinya.
Sungguh agung pitutur Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ini. Penghulu nabiNya ini memberi ingat kepada kaum muslimin dan kemanusiaan universal, bahwa tubuh memiliki hak-hak yang harus ditunaikan oleh si empunya tubuh. Manusia yang tidak melaksanakan hak tubuhnya berarti telah menzhalimi dirinya dan ‘menabrak’ Sunnah kehidupan ini. Demikian pula, manusia yang mendewakan materi dan fokus kepada kenikmatan duniawi, sejatinya adalah manusia yang mendalimi ruhnya serta menafikan hak jiwanya. Dan yang pasti, manusia yang tidak memenuhi hak-hak tubuhnya, meliarkan syahwatnya, kemaruk dunia dan hanyut dalam kenikmatan tunai duniawi adalah manusia yang mengingkari perintah Allah dan nabiNya, serta mengingkari Sunnah kehidupan itu sendiri.
Ujaran Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. “Sesungguhnya Tubuhmu Punya Hak atas Dirimu” adalah merupakan pembelajaran Islam yang agung kepada kaum muslimin, serta petunjuk nyata ketuhanan kepada segenap manusia-manusia beriman, bahwa jiwa memiliki hak yang harus ditunaikan, manusia tidak dibenarkan hanya fokus kepada hak jiwanya dengan mengabaikan hak tubuhnya. Bahwa tubuh memilik hak yang harus dikerjakan, seseorang tidak dibenarkan hanya fokus kepada hak tubuhnya dengan menafikan hak jiwa (ruh)nya. Risalah Islam mengajarkan kepada setiap muslim untuk menjalani hidup ini dengan laku tawazun (seimbang) antara pemenuhan hak ruh dengan hak jasad, imbang antara pikir dengan materi dang imbang antara jiwa dan raga.
Sebagai praktisi kedokteran yang membidangi spesialisasi kesehatan tubuh, saya menyetujui seratus persen kebenaran pitutur Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tersebut. Bahwa setiap muslim diwajibkan menjaga kesehatan fisiknya, serta menjauhkan dirinya dari ragam penyakit, atau melakukan sesuatu yang membahayakan dan berdampak pada kesehatan tubuhnya. Setiap muslim harus memberi hak jasadnya untuk berIstirahat secukupnya, mengendurkan syaraf dari ketegangan hidup, meneduhkan jiwanya dari belitan (himpitan) hidup. Setiap muslim harus bersungguh-sungguh menjaga kesehatan tubuhnya, sebab dalam tubuh yang sehat terletak jiwa dan pikir yang sehat.
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk terbaikNya, Dia memberi karunia akal kepada manusia untuk berpikir, Dia menahbiskan manusia sebagai khalifahNya di muka bumi ini, Dia memerintahkan manusia untuk menjaga tubuhnya dari kerusakan, untuk melaksanakan amanat yang diperintah olehNya di kehidupan ini. Karenanya Allah mengharamkan membunuh jiwa yang tidak bersalah dan melarang menyakiti badan. Ajaran Islam menyerukan kepada ummatnya untuk menjaga kesehatan tubuh dari wabah penyakit, baik penyakit tubuh maupun penyakit jiwa. Ajaran Islam memerintahkan kepada ummatnya untuk membudayakan pola hidup sehat jasmani dan rohani, kuat lahir dan batin. Ajaran Islam mengharuskan ummatnya, memenuhi hak-hak tubuh dan menjaga kebugarannya, memenuhi hak-hak ruh dan menjaga spritualitas. Sehat dan Kuat adalah karakteristik dasar seorang muslim sejati.
Sebagai muslim, kita wajib menjaga hak-hak Allah dalam diri kita, berupa menjaga kesehatan tubuh dan jiwa, menunaikan hak-hak tubuh dan jiwa, menSucikan keduanya, menyehatkan dan mendiqdayakan tubuh dan jiwa, serta memberdayakan potensi tubuh dan jiwa untuk mendarmabaktikan diri bagi perjuangan di jalan Allah. Ujaran Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam “Sesungguhnya Tubuhmu Punya Hak atas Dirimu” Mengandung arti; Penuhi hak tubuhmu dengan makanan dan minuman yang bergizi, mengatur pola makan yang sehat dan terartur, serta menjauhi makanan dan minuman yang merusak tubuh. Penuhi hak tubuhmu dengan pola kerja yang terencana dan seimbang. Jangan paksakan tubuhmu bekerja keras yang menyebabkan dirimu jatuh sakit. Jika capek dan jenuh, beristirahatlah, hilangkan rasa capekmu, kendurkan urat syarafmu.
Penuhi hak tubuhmu, dengan mempola hidupmu tidur teratur, makan dan tidur yang cukup, bekerja tak melampui batas, istirahat secukupnya, bergerak badan (olah raga), selalu riang dan gembira, tidak minum alkohol, tidak merokok. Penuhi hak tubuhmu dengan tidak berlebih-lebihan dalam bersenang-senang, yang menyebabkan dirimu letih penuhi hak tubuhmu dengan tidak membiarkan dirimu menganggur atau hidup tanpa aktifitas dan tujuan yang pasti. Sebagai muslim kau harus menyadari bahwa kekayaan dan kenikmatan dunia tidak abadi, ambillah kekayaan dan kenikmatan dunia sesuai ‘porsi’ (kebutuhan) jasadmu dan jangan berlebih-lebihan.
Sebagai manusia berIman, kau harus menyiapkan bekal hidup di negeri akhirat, dengan cara tidak mengumbar nafsu, meliarkan syahwat dan gila bendawi. Di saat kau berlimpah harta ambillah sesuai kebutuhan hak tubuh dan jiwamu, jauhi perilaku kemaruk dunia. Di saat kau bergelimang kemiskinan, tahanlah dirimu, sabarlah menghadapi kenyataan hidup. Dan jangan celakakan dirimu hanya karena kemiskinan. Karenanya Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menyuruhmu untuk hidup tawazun (seimbang); jika engkau hidup kaya, kau tidak kemaruk dunia, jika hidupmu miskin, kau tidak sedih dan putus asa.
Tubuhmu laksana ‘cangkir’ yang mewadahi badan (kasat) dan jiwamu, jasad dan ruhmu, materi dan pikirmu. Jiwa dan ragamu mempunyai hak yang harus kau tunaikan. Bekerjalah seoptimal mungkin, agar supaya kebutuhan jasadmu tercukupi, beribadahlah segiat mungkin, agar supaya kebutuhan rohanimu terpenuhi. Jangan lupakan merawat tubuhmu saat engkau ‘asyik’ beribadah kepada Allah. Jangan lupakan merawat ruhmu saat engkau ‘hanyut’ dalam kegelimang kekayaan. Jadilah muslim yang Sehat luar dalam, kuat lahir batin. Jalani aturan-aturan hidup yang berlaku sesuai Sunnatullah (hukum kehidupan). Jangan ‘menabrak’ hukum kehidupan dengan pendewaan materi tanpa memikirkan aspek rohani. Jangan melawan arus kehidupan dengan ‘menuhankan’ rohani tanpa memikirkan hak-hak tubuh. Penuhi hak-hak tubuhmu, jadilah muslim yang kuat, dan beribadahlah kepada Allah sebanyak-banyaknya dalam hidupmu.
Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah mahaguru kehidupan dan teladan agung hidup bagi setiap muslim. Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah pribadi pekerja keras, pada saat yang sama ia adalah pegiat ibadah nomer wahid. Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah manusia paling kaya, baik materi maupun batin. Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam merupakan ikon keteladanan tawazunitas (keseimbangan) hidup; lahir batin, jiwa raga dan moril materiel di segenap aspek kehidupan. Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sangat peduli kesehatan tubuhnya, sangat utuh menjaga dan memenuhi hak-hak tubuhnya, pada saat yang sama dada Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam penuh dengan laku rohani dan selalu mengingat Allah. Kehadiran Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam merupakan rahmat bagi semesta alam.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”(Q.s. al Anbiya’ 21 : 107)
Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah teladan moral luhur dan teladan budi pekerti mulia.
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”(Q.s. al Qalam 68 : 4)
Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah teladan laku serta cermin kehidupan nyata kaum muslimin.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(Q.s. al Ahzaab 33 : 21)
Adalah sebuah keharusan bagi setiap muslim untuk meneladani perilaku yang dicontohkan sang Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, dan menjalankan pitutur agungnya. Mengerjakan apa yang diperintah sang Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan meninggalkan apa yang dilarangnya.
“Apa yang diperintah Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah”(Q.s. al Hasyr 59 : 7)
Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Jika Allah menghendaki kebaikan seorang hamba. Dia akan memahamkan hamba tersebut nilai-nilai ajaran agamaNya. Dan mengilhaminya dengan petunjukNya.” Dan menjaga kesehatan serta memenuhi hak-hak tubuh merupakan bagian integral ajaran Islam.
(Sumber:Buku "Sehat Ala Rasulullah" Penerbit Mirqat
Publishing)
0 komentar:
Posting Komentar