SYUBHAT 5

Syubhat: al-Qur`an telah menyebutkan kebatilan agama Islam di dalam ayat:
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَسْتُمْ عَلَى شَيْءٍ حَتَّى تُقِيمُوا التَّوْرَاةَ وَالإنْجِيلَ
“Katakanlah: “Hai ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, dan Injil.” (QS. al-Maidah (5): 68), kami mendapati bahwa ayat tersebut menyebutkan Taurat dan Injil dengan jelas, ini mengharuskan untuk berpegang teguh kepadanya bukan berpegang teguh dengan al-Qur`an. Ini adalah sebuah dalil akan kebatilan agama Islam.
Jawab: Saya tidak tahu apa gunanya kedustaan dan tipu muslihat dalam menetapkan keyakinan agama yang wajib diimani oleh seorang manusia dengan jujur dan ikhlas, sehingga dia jujur terhadap dirinya sendiri dan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Anda telah memangkas ayat tersebut dan tidak menyempurnakannya, padahal lanjutan ayat di atas berbunyi:
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَسْتُمْ عَلَى شَيْءٍ حَتَّى تُقِيمُوا التَّوْرَاةَ وَالإنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ
“Katakanlah: “Hai ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikit pun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu”. (QS. al-Maidah (5): 68)
Sesungguhnya maksud ayat dengan apa yang diturunkan dari Tuhan kalian adalah al-Qur`an. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menurunkan setelah Taurat dan Injil selain al-Qur`an. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui ayat tersebut justru memerintahkan ahlul kitab untuk menjadi muslim dan beriman dengan al-Qur`an yang mulia.
Saya berharap sekali lagi, jujurlah kepada Allah dan kepada diri Anda sendiri. Saya bisa memaklumi Anda, karena mungkin saja Anda menukil syubhat ini tanpa meyakinkan diri terlebih dahulu. Di sini, saya kira Anda telah membongkar sendiri tipu muslihat para pendeta terhadap Anda, dan kepada banyak orang Nasrani yang tertipu oleh mereka. Saya memohonkan hidayah kepada Allah bagi kami dan Anda.

Syubhat: Bagaimana Anda menginginkan dari kami untuk beriman dengan Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai nabi, sementara al-Qur`an meminta kami untuk bershalawat kepadanya, dan mendoakan rahmat baginya sebagaimnya datang dalam ayat bershalawat dan salamlah kalian atasnya, seharusnya kamilah yang lebih butuh kepada rahmat Allah, ternyata kami mendapati nabi kalian Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merasa perlu untuk didoakan.
Jawab: Wajib bagi Anda untuk mengetahui bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak butuh kami bershalawat kepadanya, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memulai ayat dengan firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (٥٦)
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. al-Ahzab: 56)
Allah Subhanahu wa Ta’ala memulai dengan diri-Nya sendiri untuk bershalawat kepada beliau, lalu para malaikat-Nya. Seandainya Allah Subhanahu wa Ta’ala saja yang bershalawat kepada beliau, tanpa menyebut para malaikat, maka pastilah itu sudah cukup sebagai pemuliaan dan pengagungan.
Pertanyaan yang benar, yang seharusnya dilontarkan agar Anda bisa memahami permasalahan ini secara benar adalah, ‘Mengapa Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk bershalawat atas beliau?”
Maka jawabannya adalah:
1. Shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kemanfaatannya yang besar kembali kepada yang bershalawat kepada beliau. Disebutkan dari Anas bin Malik Rahimahullah, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
«مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ، وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطِيئَاتٍ، وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ»
“Barangsiapa bershalawat kepada aku satu kali shalawat, maka Allah akan bershalawat atasnya sepuluh shalawat, dan dihapus darinya sepuluh kesalahan, dan diangkat untuk sepuluh derajat.” (HR. Ahmad (11587), an-Nasa`i (1297))
2. Shalawat bertujuan untuk menguatkan hubungan ruhani dan kecintaan antara kita dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, karena orang yang mencintai sesuatu dia akan memperbanyak mengingatnya.
3. Dengan memperbanyak shalawat dan salam atas Rasulullah, hal itu akan menarik seorang muslim untuk bersuritauladan dengan beliau. Barangsiapa memperbanyak ingat sesuatu maka dia akan tergantung dan bersuritauladan dengannya.
4. Bershalawat dan salam kepada Rasulullah adalah peribadatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan satu ibadah dari ibadah-ibadah yang terbaik.
5. Bershalawat kepada Rasulullah adalah sebuah ketaatan, melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
6. Bershalawat dan salam kepada Rasulullah adalah sebab keberkahan pada diri, usaha dan umur.
7. Bershalawat dan salam kepada Rasulullah menggantikan shadaqah bagi orang yang tidak memiliki harta.
8. Bershalawat dan salam kepada Rasulullah adalah sebab pengampunan dosa-dosa dan pemenuhan berbagai hajat.
9. Bershalawat dan salam kepada Rasulullah adalah sebab bershalawatnya Allah kepada orang yang bershalawat kepada Rasulullah, dan juga penyebab bershalawatnya para malaikat kepadanya.
10. Bershalawat dan salam kepada Rasulullah mewajibkan syafaat beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada hari kiamat, dan penyebab dekatnya seseorang kepada beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
11. Bershalawat dan salam kepada Rasulullah akan memberatkan timbangan seorang muslim pada hari kiamat
Dan manfaat-manfaat lainnya. Jadi, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak butuh dengan kita, tidak butuh dengan do’a kita untuknya, demikian pula shalawat dan salam kita atasnya, sebaliknya kitalah yang mengambil manfaat darinya.
Saya memohonkan hidayah kepada Allah bagi kami dan Anda. [*]

0 komentar:

Copyright © 2012 BERSAMA MENAMBAH KEIMANAN.