IBADAH, KEKUATAN BESAR PARA MUJAHID DAKWAH
Ibadah, Kekuatan Besar para Mujahid Dakwah
oleh
Abu Muhammad Abdullah Al Munawy
Abu Muhammad Abdullah Al Munawy
Dalam
sebuah kegiatan Tabligh Akbar bertajuk Global March to Jerussalem (GMJ)
beberapa waktu yang lalu, Masjid al-Markaz al-Islami kembali menjadi saksi
adanya perhelatan Akbar sebagai wujud komitmen beberapa Ormas Islam dan
beberapa kelompok masyarakat termasuk pemuda Islam di Makassar untuk
berkontribusi dalam perjuangan guna membebaskan Palestina dari cengkraman
Zionis Yahudi Israel.
Kegiatan tersebut berlangsung pada hari Jum’at hampir seharian penuh yang dimulai semenjak pagi hari sampai menjelang shalat ashar. Kegiatan tersebut diawali dengan berbagai kegiatan seperti lomba menggambar yang diikuti oleh beberapa perwakilan Sekolah Dasar di Kota Makassar, ada juga atraksi beladiri perisai badar, serta ada pula orasi-orasi dari beberapa ormas Islam termasuk FPI dan Perwakilan Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (LIDMI).
Kegiatan tersebut berlangsung pada hari Jum’at hampir seharian penuh yang dimulai semenjak pagi hari sampai menjelang shalat ashar. Kegiatan tersebut diawali dengan berbagai kegiatan seperti lomba menggambar yang diikuti oleh beberapa perwakilan Sekolah Dasar di Kota Makassar, ada juga atraksi beladiri perisai badar, serta ada pula orasi-orasi dari beberapa ormas Islam termasuk FPI dan Perwakilan Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (LIDMI).
Masing-masing
turut mengambil bagian dalam orasi tersebut yang dipusatkan di halaman depan
Masjid al-Markaz al-Islami Makassar. Para jama’ah yang memadati halaman depan
Masjid al-Markaz al-Islami pun disemangati untuk berjuang melawan kebiadaban
Zionis Israel di Palestina yang merupakan tempat berdirinya Masjid al-Aqsa yang
notabene merupakan kiblat pertama kaum muslimin yang sampai detik ini bahkan
sampai akhir zaman tetap akan menjadi medan jihad.
Ba’da
shalat Jum’at, kegiatan Tabligh Akbar pun dilanjutkan di dalam ruangan Masjid
al-Markaz al-Islami dengan agenda orasi beberapa tokoh ormas Islam. Tokoh-tokoh
yang bepartisipasi dalam kegiatan tersebut antara lain Ustadz Ikhwan Abdul
Jalil, Lc. yang mewakili MUI Sulawesi Selatan, Ustadz Muhammad Zaitun
Rasmin, Lc., MA dari Ormas Wahdah Islamiyah, dan yang paling spesial ketika itu
adalah hadir sebagai orator utama yakni Bapak Kyai Haji Kholil Ridwan selaku
ketua MUI Pusat. Dan yang paling menarik dari orasi tersebut dan merupakan inti
utama dari goresan pena ini adalah Orasi dari seorang tokoh pemuda dari GMJ
pusat.
Dalam
awal orasinya, tokoh pemuda dari GMJ Pusat tersebut mengangkat kisah
Shalahuddin al-Ayyubi, salah seorang panglima besar dalam sejarah Islam yang
melalui tangan beliaulah Allah membebaskan Tanah al-Quds atau Palestina dari
pasukan Salibis sebagaimana pernah terjadi pada masa pemerintahan Umar Ibnul
Khattab radhiyallahu
‘anhu. Beliau ketika itu ingin mengilustrasikan kepada para hadirin
bagaimana proses pengangkatan Shalahuddin al-Ayyubi menjadi Panglima perang
Kaum Muslimin yang masyhur itu.
Sang
orator pun menginstruksikan kepada para jama’ah yang memenuhi Masjid al-Markaz
al-Islami. Dengan suara lantang beliau berkata “Siapa di antara jama’ah yang berusia di bawah 30
tahun tolong berdiri.” Spontan semua pemuda yang merasa berada di
bawah umur 30 tahun ketika itu berdiri. Tentu saja yang tua-tua hanya bisa
duduk manis tanpa reaksi. Kemudian beliaupun melanjutkan dan bertanya kepada
para pemuda yang berdiri tadi termasuk kami pun ikut berdiri, “Siapa diantara kalian yang
sejak usia balighnya sampai saat ini belum pernah meninggalkan shalat wajib
berjama’ah?”
Dengan
suara lantang dan agak berteriak beliau berkata; bagi yang sudah
meninggalkan shalat wajib berjama’ah duduk semua, ketika itu semua jama’ah yang
didominasi oleh kaum muda duduk dan tidak ada satupun yang tersisa. Spontan
para jama’ah agak senyum dan merasa aneh dengan kejadian tersebut, Selanjutnya
Orator dari GMJ tersebut dengan agak bercanda, “Beginimi ayam jantan dari timur
mau memperjuangkan Islam.” Para hadirin pun tercengang mendengar
ungkapan tersebut. Beliaupun melanjutkan kisah sesungguhnya dari Shalahuddin
al-Ayyubi yang banyak di idolakan oleh para pejuang dakwah tersebut.
Alkisah,
ketika itu kaum muslimin berkumpul di suatu medan. Para pemuda yang berusia di
bawah 30 tahun diperintahkan untuk berdiri dan dilontarkan beberapa pertanyaan
oleh seorang yang dituakan ketika itu, pertanyaan pertama yang di lontarkan
adalah, “Siapa
diantara kalian yang sejak usia balighnya sampai saat ini belum pernah
meninggalkan shalat wajib berjama’ah?” Kemudian kebanyakan para
pemuda duduk walupun cukup banyak yang masih berdiri termasuk Shalahuddin
al-Ayyubi. Pertanyaan kedua pun dilontarkan, “Siapa diantara kalian yang semenjak baligh sampai
saat ini belum pernah meninggalkan shalat sunnah (nafilah)?”
Kemudian sontak banyak para pemuda saat itu duduk kecuali beberapa orang saja
termasuk Shalahuddin al-Ayyubi.
Kemudian
pertanyaan terakhir pun di lontarkan, “Siapa
diantara kalian yang sejak balighnya sampai saat ini belum pernah meninggalkan
shalat Tahajjud? Yang sudah pernah meninggalkannya silahkan duduk.”
Kemudian akhirnya semua pemuda ketika itu duduk kecuali seorang saja. Siapa
lagi kalau bukan Shalahuddin al-Ayyubi sendiri. Subhaanallah.
Dari
kisah diatas dapat kita simpulkan bahwa amatlah wajar ketika al-Quds atau
Palestina direbut oleh pasukan kaum muslimin karena memang panglimanya adalah
Ahli Ibadah yang zuhud. Bukan hanya strategi perang yang diandalkan namun juga
ruh jihad yang menggelora dalam dada sebagai buah dari ibadah yang mantap
kepada Allah ‘azza wa
jalla. Begitupula yang dilakukan oleh para ulama-ulama rabbani abad
ini.
Dikisahkan
oleh Syaikh az-Zaidani hafizhahullah
ketika mengisi kajian di Masjid Ali Hizaam beberapa waktu yang
lalu, bagaimana kekuatan ibadah Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah, yang
mana beliau tidak pernah meninggalkan shalat tahajjud sampai pun di rumah sakit
di saat-saat beliau akan di panggil oleh Allah ‘azza wa jalla. Syaikh bin Baz dalam
sela-sela waktunya terus berdzikir memuji Allah walaupun ketika orang lain
sedang berbicara di hadapan beliau. Kejadian-kejadian seperti itu senantiasa
disaksikan langsung oleh murid-murid beliau, termasuk pada saat hari jum’at,
beliau senantiasa berada di Masjid sejak pukul 10 pagi. Dan masih banyak lagi
gambaran ibadah beliau yang hikmahnya bahwa baik da’I ataukah pejuang dakwah
harus memiliki ibadah yang maksimal sesuai kesanggupan kita tentunya.
Lantas pertanyaannya, bagaimana dengan kita? Masih adakah di antara kita semua yang mengaku aktivis dakwah yang ingin meneladani beliau-beliau tersebut dalam perjuangannya di medan dakwah ataukah medan jihad? Sudah saatnya kita semua mengintrospeksi diri, sesungguhnya agama ini tidak akan pernah ditegakkan dan dimenangkan oleh para pemuda yang hanya mengkritisi ini dan itu ataukah berbusa-busa mulutnya untuk menegakkan Islam namun shalat subuhnya saja masih bolong-bolong, shalat lail tidak pernah, mengaji pun jarang, dzikir pagi petang sering diabaikan, shalat dhuha lebih-lebih lagi.
Olehnya itu kami mengajak diri kami dan kita sekalian untuk senantiasa memperbaiki kualitas ibadah kita karena boleh jadi pertolongan Allah belum juga kunjung datang menolong perjuangan dakwah kita karena para pengusung dakwahnya adalah pemuda-pemuda yang miskin amal dan ibadah yang berakibat pada rapuhnya keimanan dan ruh jihad dalam setiap langkah perjuangan. Dan memang, misi utama kita hidup di permukaan bumi ini adalah untuk beribadah kepada Allah ‘azza wa jalla. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah kami menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (Qs. adz-Dzaariyat : 56).
Lantas pertanyaannya, bagaimana dengan kita? Masih adakah di antara kita semua yang mengaku aktivis dakwah yang ingin meneladani beliau-beliau tersebut dalam perjuangannya di medan dakwah ataukah medan jihad? Sudah saatnya kita semua mengintrospeksi diri, sesungguhnya agama ini tidak akan pernah ditegakkan dan dimenangkan oleh para pemuda yang hanya mengkritisi ini dan itu ataukah berbusa-busa mulutnya untuk menegakkan Islam namun shalat subuhnya saja masih bolong-bolong, shalat lail tidak pernah, mengaji pun jarang, dzikir pagi petang sering diabaikan, shalat dhuha lebih-lebih lagi.
Olehnya itu kami mengajak diri kami dan kita sekalian untuk senantiasa memperbaiki kualitas ibadah kita karena boleh jadi pertolongan Allah belum juga kunjung datang menolong perjuangan dakwah kita karena para pengusung dakwahnya adalah pemuda-pemuda yang miskin amal dan ibadah yang berakibat pada rapuhnya keimanan dan ruh jihad dalam setiap langkah perjuangan. Dan memang, misi utama kita hidup di permukaan bumi ini adalah untuk beribadah kepada Allah ‘azza wa jalla. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah kami menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (Qs. adz-Dzaariyat : 56).
Wallahu
Waliyyuttaufiq.
LDK MPM UNHAS
0 komentar:
Posting Komentar