HANZHALAH bin ABI AMIR RADHIYALLAHU' ANHU
Malam
telah menyelimuti kota Madinah Al Munawwarah, bintang -bintang yang
bertaburan membawa kedamaian dan ketenangan serta mimpi indah, yang
jelas malam itu sebenarnya malam biasa, tapi tidak sama sekali bagi
Hanzhalah bin Abi Amir ra . Hari itu hari dimana mimpinya terwujud, hari
yang lama datangnya hari yang lama ditunggunya hari itu Hanzhalah naik
ke pelaminan.
Hanzhalah menikah pada suatu malam yang besok paginya terjadi perang di Uhud.
Hanzhalah minta izin kepada Nabi Saw untuk bermalam bersama
isterinya. Sementara dia sendiri tidak tahu dengan pasti apakah malam
itu malam pertemuan atau justru malam perpisahan. Nabi Muhammad Saw
memberinya ijin untuk menginap malam itu bersama pasangan kemantennya.
Manis macam apakah yang ada pada malam itu ? Rahasia apa yang dipendam hari itu dari Hanzhalah?
Bersamaan dengan menyembulnya fajar pertama terdengar gemuruh
perang, terdengar seorang menyeru dan mengumumkan jihad. Beberapa saat
dia timbang-timbang antara kenikmatan dunia dan kenikmatan Akhirat
Akhirnya dia memilih akhirat demi kenikmatannya. Untuk kemudian
menyongsong panggilan jihad dan meninggalkan dunia dengan segala isinya.
Waktu itu Hanzhalah ra masih Junub, belum sempat mandi besar,
melesat memenuhi seruan kebenaran, serta melayang tidak menginjak bumi,
Sepasang penganten malam itu melesat dengan membawa senjatanya
untuk bergabung dengan Nabi Saw yang sedang menyiapkan barisan Muslimin,
meyiapkan hati untuk melakukan transaksi dijalan Allah Hanzhalah masuk
pasar surga ………… Perang sangat dahsyat berkemilau dengan serunya pada
awalnya kemenagan diraih tapi tatkala pasukan pemanah
meninggalkan posisi mereka, keadaan berbalik menjadi kacau dan
orang-orang musyrik maju.
Akan tetapi beberapa tentara tetap teguh bertahan bersama
Rasulullah Saw, termasuk di dalamnya Hanzhalah Dia terus menunjukkan dan
membuktikan kecintaannya terhadap Allah Swt Dia maju menghadap Abu
Sofyan bin Harb Dengan cepat dia menebas kaki kuda Abu Sofyan dari
belakang sehingga Abu Sofyan terjatuh dia menjatuhkannya dari atas
kudanya seakan-akan dia menjatuhkan kebathilan yang telah mencuri
kebenaran dan kebathilan yang mengacau akidahnya Pada saat itu datanglah
Syaddad bin Al Aswad membantu Abu Sofyan melawan Hanzhalah ra, untuk
kemudian salah satu dari dua orang itu bisa membunuh hati yang bersih
dengan lemparan lembing yang tembus Abu Sofyan berteriak “ Hanzhalah
dengan Hanzhalah yang maksudnya dia telah membalaskan dendam anaknya
yang terbunuh dalam perang Badar Hanzhalah ra meninggalkan kita, tetapi
bau wangi misik darinya tetap semerbak menyirami jiwa-jiwa generasi
sesudahnya agar jiwa yang sedang tertidur menjadi bangkit dengan harapan
suatu ketika akan menunggangi kuda-kuda Syahid.
Tanah menjadi suci dengan kemanten kita tadi lalu perang usai
mereka yang telah melakukan transaksi telah menjajakan semua barangnya
mereka membawa hati mereka dalam genggaman Untuk diterima atau ditolak
oleh Allah Swt sesuai dengan kehendak-Nya.
Mereka yakin bahwa kesungguhan / kejujuran pada waktu itu adalah
kekayaan yang paling berharga Dan siapa yang sungguh- sungguh jujur
dengan Allah tidak akan sia-sia.
Para Sahabat ra yang masih tersisa mulai mencari saudara-saudara
mereka yang masih menanti janji dari langit memilah-milah siapa yang
lebih dahulu ke langit. Tangan mereka yang berusaha menyentuh jasad
Hanzhalah ra yang berlumur darah mereka kagum adanya rintik rintik air
mengalir dari dahinya seperti butiran-butiran mutiara dan berjatuhan
dari sela-sela rambutnya. Ini tentu menjadi misteri Apa maksudnya sampai
kemudian para sahabat mendengar suara Nabi Saw bersabda : “Sungguh Aku
melihat Malaikat memandikan Hanzhalah bin Amir ra antara langit dan bumi
dengan air awan dalam bejana terbaut dari perak.
Sesungguhnya Allah telah membeli jiwa dan harta orang-orang yang
beriman dengan mendapatkan harga surga Selamat wahai anda Hanzhalah anda
telah mendapat surga orang-orang Aus, Suku Hanzhalah sangat bangga
dengannya karena dari suku mereka ada yang dimandikan Malaikat
Sesungguhnya Hanzhalah akan tetap menjadi kebanggaan dan terpatri
dalam dada kaum muslimin bukan hanya untuk Aus saja! Semoga Allah ridha
terhadap Hanzhalah bin Abi Amir Rodiallohu `anhu .
Sumber: Majalah Qiblati edisi 1 th I
0 komentar:
Posting Komentar