KHOBBAB BIN ARUTT RADHIYALLAHU' ANHU

Sahabat agung ini, dalam mempertahankan akidahnya mampu menahan beban di luar kekuatan manusia biasa. Membaca biografinya, bisa memberi gambaran jelas bagi seseorang akan prinsip hidup. Dia tidak akan menjual prinsip hidupnya walau dengan emas sepenuh bumi. Betapa banyak yang disiksa karena mema’lumatkan Islamnya, tapi Islam telah merubahnya menjadi insan lain. Insan yang memiliki sasaran dan tujuan hidup, dan bahkan menjadikan kehidupan itu sendiri sebagai sasaran dan tujuan, berdasarkan anggapanya bahwa kehidupan itu adalah tempat lewat kepada kehidupan yang tak kenal punah (akhirat, pent.).

Khobbab adalah seorang Arab dari bani Sa’id dari kabilah Tamim. Dia diculik saat kanak-kanak dan dijual sebagai budak di pasar Mekah yang akhirnya dibeli oleh seorang wanita bernama Ummu Anmar dari Khuza’ah yang berprofesi sebagai tukang khitan. Menginjak dewasa, Khobbab menjadi pembuat pedang dan perisai ulung dan amat populer di seantero Mekah. Banyak orang mendatanginya untuk membeli berbagai pedang dan perisai mereka.
Tapi kehidupannya mendadak berubah drastis, setelah dia mendengar seruan Islam dan ajakan Rodiallohu `anhu sulullah. Langsung saja dia menerima seruan mulia ini dan langsung menemui Nabi dan menyatakan ke-Islamannya. Kabar ini tersebar amat cepat di kalangan masyarakat dan ketika mereka menanyakan hal ini, dia mengakuinya hanya saja dia belum sadar kecuali setelah beberapa lama kemudian. Maka mereka mulai memukulinya di mana saja mereka menemukannya. Sedangkan tuannya Ummu Anmar, menimpakan berbagai bentuk siksaan yang tidak terdetik dalam pikiran. Di antaranya, ia pernah mengikat Khobbab di salah satu tiang rumahnya lalu ia menyalakan api dan menaruh besi hingga membara kemudian ia menyeterika kepala dan badan Khobbab dengannya sembari berkata: “Kamu terus menerus dalam kondisi seperti ini sampai kamu kembali ke agama kami.” Dan dia menyiksa dengan besi panas tersebut terus menerus setiap Khobbab siuman.
Suatu hari, Rodiallohu `anhu sulullah melewati Khobbab sedang disiksa maka beliau mengangkat tangannya ke langit dan berdoa: “Ya Allah, tolonglah Khobbab.” Allah mengabulkan doa agung ini, seketika itu juga Ummu Anmar terserang penyakit aneh menggonggong seperti anjing. Kemudian sebagian orang memberikan therapi agar sembuh maka kepalanya harus diseterika dengan api. Demikianlah, akhirnya ia mencicipi sakit seperti yang ia timpakan kepada Khobbab.
Khobbab berkonsentrasi penuh untuk ibadah dan menghapfal AlQur`anul Karim sampai Ibnu Mas’ud Rodiallohu `anhu dhiyallahu ‘Anhuma berkomentar: “Siapa saja yang ingin membaca AlQur`an dengan bilghoib seperti ketika diturunkan, maka hendaknya ia membacanya dengan bacaan Ibnu Ummu ‘Abd.”
Khobbab inilah yang mengajarkan AlQur`an kepada Fatimah binti Khotthob dan suaminya Sa’id bin Zaid Radhiyallahu ‘Anhum.
Khobbab telah mengikuti seluruh peperangan beserta Rodiallohu `anhu sulullah. Sepeninggal Rodiallohu `anhu sulullah wafat, maka dia memiliki income amat banyak dari baitul mal (kas negara) karena ke-Islamannya yang terdepan. Dia telah memutuskan untuk membeli sebuah rumah sederhana di Kufah. Dulu dia banyak memberi orang-orang yang memerlukan dari hartanya tersebut.
Para perawi menceritakan, bahwa saat menjelang mati dia menangis. Ketika teman-temannya bertanya, kenapa dia menangis padahal akan bersua dengan teman-temannya tercinta yang telah mendahuluinya. Maka dia menjawab: “Sungguh, saya tidak gelisah tapi kalian telah menyebutkan kaum dan saudara-saudara kita yang berlalu dengan seluruh pahalanya tanpa sedikitpun mendapatkan imbalan dunia. Padahal kita tertinggal oleh mereka sampai kita mendapatkan dunia yang kita tidak mendapatkan tempat kecuali tanah.
Dia telah mempersiapkan kain kafannya dan berkata kepada setiap orang yang mengunjunginya: “Lihatlah kafanku ini, tapi Hamzah paman Nabi tidak mendapati kain kafan saat syahid kecuali kain bergaris yang jika ditutupkan kepalanya maka kakinya tersingkap dan jika dijulurkan ke kakinya maka terlihat kepalanya.”
Tokoh ini wafat, padahal dia adalah salah satu orang yang dibela dan disanjung AlQur`an saat para dedengkot Quraisy meminta kepada Rodiallohu `anhu sulullah bagian sehari dan bagi kaum fakir sehari yang lain. Kaum fakir semisal Khobbab, Shuhaib dan Bilal. Tapi, seketika AlQur`an merengkuh para wali Allah tersebut sebagai sanjungan dan penghormatan bagi mereka dengan turun ayat yang menegur Rodiallohu `anhu sulullah:
وَلاَ تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ مَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِم مِّن شَيْءٍ وَمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِم مِّن شَيْءٍ فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُونَ مِنَ الظَّالِمِينَ
Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki keridaan-NyaKamu tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka dan mereka pun tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasuk orang-orang yang lalim.
Demikianlah, setelah turunnya ayat agung ini maka Rodiallohu `anhu sulullah amat memuliakan mereka, menggelar kain mulianya untuk mereka dan meringankan beban mereka sembari bersabda: “Selamat datang, orang-orang yang karena mereka Rodiallohu `anhu bbku memberiku wasiat”.
Semoga Allah selalu meridhai Khobbab, salah satu putra Islam terbaik saat turunnya wahyu dan generasi penuh pengorbanan.

0 komentar:

Copyright © 2012 BERSAMA MENAMBAH KEIMANAN.