KARENA DO'A, SI BUTA YANG PAPA MENDAPATKAN SEORANG WANITA YANG CANTIK JELITA
Kisah ajaib ini, terjadi pada seorang buta lagi miskin yang
dicampakkan oleh kaum wanita. Lalu dia berdo’a kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan Allah pun mengabulkan do’anya dengan gadis yang paling
cantik di antara mereka. Kisah ini disebutkan oleh Syaikh Abdul ‘Aziz
al-‘Aql dalam muhadarahnya yang berjudul Qashash wa ‘Ibar. Kisah nyata ini terjadi pada salah seorang kerabat Syaikh sendiri.
Syaikh Abdul Aziz mengatakan, “Diantara kisah yang pernah saya alami
adalah seseorang dari famili saya yang hafal al-Qur’an, dan yang shalih.
Saya mengenalnya dan kami mencintainya ketika kami masih kanak-kanak.
Orang tadi ahli bersilaturahim dan selalu beristiqamah untuk taat kepada
Allah. Dan dia adalah orang yang buta. Pada suatu hari, dia berkata
kepada saya, “Hai anakku -waktu itu saya berumur 16 atau 17 tahun-
kenapa kamu tidak menikah?” Saya jawab, “Hingga Allah memberi saya
rizqi.” Dia berkata, “Wahai putraku, bersikap jujurlah kepada Allah,
ketuklah pintu Allah, dan berharaplah, pintu kelapangan akan terbuka.”
Kemudian dia berkata kepada saya, “Duduklah wahai putraku, aku akan
menceritakan kepadamu, apa yang pernah aku alami dulu.”
Dia melanjutkan, “Saya dulu benar-benar miskin, ibu dan bapakku
adalah orang miskin, kami semua sangat miskin, aku sendiri semenjak
dilahirkan sudah menjadi orang yang buta, pendek dan papa. Segala sifat
yang tidak disukai wanita ada padaku. Kemudian aku sangat menginginkan
seorang wanita, akan tetapi kepada Allah aku tumpahkan seluruh
keprihatinanku, karena dengan kondisiku yang seperti itu, akan sulit
rasanya untuk mendapatkan seorang istri. Aku mendatangi ayahku kemudian
mengatakan, “Wahai ayah, aku ingin menikah.” Maka ayahku
mentertawakanku. Aku memahami bahwa tertawanya ayah adalah sebagai
isyarat agar aku berputus asa dan melupakan keinginanku untuk menikah
bahkan ayahku sempat mengatakan, “Apakah engkau gila nak? Siapa yang mau
mengambilmu sebagai menantu? Pertama, kamu buta. Kedua, kita semua
adalah orang yang sangat miskin. Sadarlah nak! Tidak ada jalan untuk
itu.
Sebenarnya, dengan kata-katanya itu ayah telah membunuhku. Waktu itu
aku berumur kira-kira 24 atau 25 tahun. Lalu akupun pergi menemui ibuku.
Mengadukan perihalku, barangkali ia dapat membujuk ayahku. Hampir saja
aku menangis, ketika ibuku juga mengucapkan kata-kata seperti yang
diucapkan oleh ayah. Dia mengatakan, “Anakku, kamu akan nikah?! Apakah
kamu tidak waras nak?! Siapa wanita yang mau sama kamu?! Daimana kamu
mendapatkan harta?! Kamu tahu sendiri, bahwa kita semuanya ini sangat
membutuhkan sedikit harta untuk bertahan hidup. Kemudian kamu juga
jangan lupa, bahwa hutang kita telah menumpuk.” Aku tidak berputus asa,
kuulangi lagi usahaku untuk memahamkan ayah dan ibuku. Akan tetapi sikap
dan jawaban mereka tetap tidak berubah. Pada suatu malam, aku berkata,
“Mengapa aku tidak mengadukan hal ini pada Tuhanku yang Maha Pengasih
dan Penyayang? Mengapa aku merengek-rengek dihadapan ayah dan ibu yang
memang tidak mampu melakukan apa-apa? Mengapa aku tidak mengetuk pintu
ilahi yang Maha Kuasa dan Perkasa?” Lalu akupun shalat diakhir malam
sebagaimana kebiasaanku. Aku mengangkat tangan kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan aku katakan diantara do’aku,
Ya Allah, ya Tuhanku, mereka mengatakan kalau aku miskin padahal
Engkaulah yang membuat aku miskin. Mereka mengatakan kalau aku buta,
padahal Engkaulah yang mengambil penglihatanku. Mereka mengatakan kalau
aku adalah jelek dan buruk, padahal Engkaulah yang menciptakan aku.
Ilahi, Tuhanku, Tuanku dan Penolongku, tidak ada sesembahan yang benar
kecuali Engkau, Engkau mengetahui apa yang ada didalam jiwaku. Engkau
mengetahui keinginanku untuk menikah, dan aku tidak ada daya dan upaya
untuk itu. Ayah dan ibuku menyatakan tidak sanggup. Ya Allah, mereka
memang tidak sanggup dan tidak mampu. Aku memahami kondisi mereka.
Tetapi Engkau adalah Maha Mulia dan Perkasa yang tidak terkalahkan oleh
apapun. Ilahi, kumohon satu rahmat dari rahmat-Mu. Wahai Tuhan yang Maha
Mulia, Maha Pengasih dan Penyayang, berikanlah kepadaku dengan segera
seorang istri yang penuh berkah, shalihah, dan cantik jelita. Yang
menenangkan hatiku dan yang menyatukan jiwaku.
Aku berdo’a sementara kedua mataku, mengucurkan air mata dan hatiku
menangis merendah dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena aku shalat
malam diawal waktu, maka akupun mengantuk. Ketika aku tertidur, aku
bermimpi seolah-olah aku berada disebuah tempat yang sangat panas.
Sepertinya ada kobaran api yang sangat dahsyat. Tidak lama setelah itu,
aku melihat ada satu kemah yang turun dari langit. Kemah yang sangat
indah mempesona, belum pernah aku melihat sebelumnya. Hingga kemah
itupun turun diatasku dan memayungiku. Bersamaan dengan itu, ada hawa
dingin yang aku tidak mampu menceritakannya karena benar-benar membawa
sebuah kedamaian, hingga aku terbangun karena kedinginan setelah merasa
kepanasan yang amat sangat. Aku terbangun dan perasaanku sangat senang
dengan mimpi tersebut. Dipagi yang buta aku pergi menemui seorang alim
yang dapat menafsiri mimpi.
Maka setelah aku ceritakan apa yang kualami dalam mimpi itu, seorang
alim tersebut mengatakan kepadaku, “Hai anakku, engkau sudah menikah,
jika tidak, mengapa kamu tidak menikah?” Maka saya katakan, “Tidak, demi
Allah saya belum menikah.” Dia bertanya, “Mengapa engkau tidak
menikah?” Kukatakan, “Demi Allah Ya Syaikh, seperti yang engku ketahui,
aku adalah seorang yang buta lagi miskin, dan buruk rupa.” Dia berkata,
“Hai anakku, apakah tadi malam engkau telah mengetuk pintu Tuhan mu?”
Kukatakan, “Ya, aku telah mengetuk pintu Tuhan ku.” Syaikh berkata,
“Pergilah wahai putraku, perhatikanlah gadis yang paling cantik dalam
benakmu dan pinanglah, karena pintu itu telah terbuka untukmu. Ambillah
yang terbaik apa yang ada dalam dirimu dan jangan merasa rendah dengan
mengatakan, “Aku adalah seorang yang buta, maka aku akan mencari wanita
yang buta pula, jika tidak maka yang begini, dan yang begitu. Tetapi
perhatikanlah gadis yang terbaik, karena pintu itu telah dibuka
untukmu.”
Setelah aku berfikir dalam diriku, aku memilih gadis yang dikenal
sebagai gadis yang paling cantik di daerah itu disamping memiliki nasab
dan keluarga yang terhormat. Maka aku mendatangi ayah, kukatakan
barangkali ayah mau pergi kepada mereka guna meminang gadis itu untukku.
Ayah menolak dengan keras, lebih keras dari penolakannya yang pertama.
Dia benar-benar menolak secara mentah-mentah mengingat rupaku yang buruk
dan kemelaratanku, apalagi gadis yang kuinginkan adalah gadis yang
paling cantik di negeri itu. Maka aku pergi sendiri. Aku bertamu kepada
keluarga itu, mengucapkan salam kepada mereka dan mengatakan kepada
orang tuanya, “Saya menginginkan Fulanah (maksudnya putrinya).” Dia
menjawab, “Kamu menginginkan putriku?” Saya jawab, “Ya.” Maka dia
menjawab, “Demi Allah, ahlan wasahlan, wahai putra Fulan, selamat datang
wahai pembawa Al-Qur’an, demi Allah hai putraku, kami tidak mendapatkan
laki-laki yang lebih baik darimu, akan tetapi aku berharap agar putriku
mau menerimanya.” Kemudian ia pergi menuju putrinya dan mengatakan,
“Wahai putriku, ini Fulan datang meminangmu. Memang dia buta akan tetapi
dia hafal Al-Qur’an, dia menyimpan Al-Qur’an di dalam dadanya. Apabila
engkau dapat merelakannya untukmu, maka tawakkallah kepada Allah.” Sang
putripun menjawab, “Sesudahmu, tidak ada hal lain wahai ayah, kami
bertawakkal kepada Allah.”
Selang sepekan setelah itu, wanita cantik itupun menjadi istri bagi
si buta yang miskin dengan taufik Allah dan kemudahan dariNya karena
keutamaan Al-Qur’an. Walhamdulillahirabbil ‘alamin.
(Majalah Qiblati Edisi 6 Tahun 1)
0 komentar:
Posting Komentar