ADAB KEPADA ALLAH
·
Ikhlas kepada Allah dalam beramal.
·
Waspada agar tidak terjerumus ke dalam
kesyirikan, firman Allah I:
88. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah
dari mereka amalan yang Telah mereka kerjakan".[1]
·
Beribadah dan menjalankan kewajiban sesuai
dengan apa yang diperintahkan-Nya
·
Mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah.
Firman Allah I:
7. Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih".[2]
·
Mengagungkan dan memuliakan-Nya serta men-
gagungkan syi’ar-syi’ar-Nya. Firman Allah :
91. Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang
semestinya". [3]
·
Tidak berbicara tentang hukum-hukum Allah
tanpa ilmu. Firman Allah :
116. Dan janganlah kamu
mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini
halal dan Ini haram".[4]
·
Merasakan pengawasan Allah baik saat sepi dan
ramai. Firman Allah :
·
Menumbuhkan rasa takut, cemas dan penuh harap
kepada-Nya.
·
Bertaubat dan kembali kepada-Nya, serta
meminta ampun hanya kepadaNya. Firman Allah :
64. Sesungguhnya Jikalau mereka ketika menganiaya dirinya
datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan rasulpun memohonkan ampun
untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang". [5]
·
Berdo’a, bersikap merendah diri dan hina di
hadapan-Nya. Firman Allah : 62. Atau siapakah yang
memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya,
dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai
khalifah di bumi? apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? amat sedikitlah
kamu mengingati(Nya)". [6]
·
Tidak putus asa dan harap terhadap
ampunan-Nya. Firman Allah :
53. Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".[7]
·
Meyakini bahwa hanya di tangan-Nyalah
kekuasaan untuk memberikan manfaat, memudharatkan, menghidupkan dan mematikan.
Firman Allah :16. Barang siapa yang dijauhkan azab dari padanya pada hari itu,
Maka sungguh Allah Telah memberikan rahmat kepadanya. dan Itulah keberuntungan
yang nyata".[8]
·
Berprasangka baik terhadap Allah Ta’ala.
Firman Allah :
23. Dan yang demikian itu adalah prasangkamu
yang Telah kamu sangka kepada Tuhanmu, dia Telah membinasakan kamu, Maka
jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”[9]
·
Bersabar atas semua taqdir-taqdirNya,
membenarkan apa-apa yang diberitakan-Nya dan melaksanakan semua kewajiban yang
di perintahkan-Nya.
·
Konsisten dengan perjanjian.
·
Mencintai orang yang dicintai-Nya dan
memusuhi orang yang dimusuhi-Nya.
·
Pasrah, tunduk dan taat kepada-Nya.
·
Berhukum dengan syari’atNya dan perintah-Nya
dalam semua aspek kehidupan.
·
Selalu berzikir kepada-Nya.
·
Malu dan waspada untuk berbua maksiat
kepadaNya, serta menjauhi semua sikap yang bisa mendatangkan murka dan
siksa-Nya. Firman Allah :
63. Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut
akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih".[10]
ADAB
KEPADA RASUL
·
Mentaatinya, mencontoh, mentauladani dan
mengikuti sunnahnya.
·
Mendahulukan cinta kepadanya dari yang
lainnya, dan mengormati serta memuliakannya.
·
Membaca shalawat saat menyebut namanya.[11]
·
Waspada terhadap perbuatan yang menyelisihi
dan melanggar tuntunannya.
·
Tidak mendahulukan perkataan siapapun atas
perkataan dan pendapat Rasulullah r.
·
Beriman kepada kenabian dan risalahnya serta
membenarkan pa-apa yang diberitakannya.
·
Waspada terhadap sikap berlebihan terhadap
dirinya, yaitu dengan mengangkat derajatnya melebihi keududukan yang telah
diturunkan oleh Allah baginya.
·
Tidak memberikan kepada beliau r
sesuatu yang menjadi kekhususan bagi Allah, seperti bersumapah, berserah diri
dan berdo’a yang ditujukan hanya kepada Allah.
·
Bersikap loyal kepada orang yang loyal kepada
beliau, mencitai orang yang dicintainya, membenci dan berlepas diri dari
musuh-musuhnya.
·
Membela sunnah dan syari’ahnya.
·
Menghidupkan sunnah beliau, mempertahankan
syari’ahnya dan menyampaikan da’wahnya, serta melaksanakan waisiatnya.[12]
·
Antara rahmat dan shalawat terdapat perbedaan,
sebab Allah membedakan antara keduanya, sebagaimana disebutkan di dalam firman
Allah Ta’ala:ُألَئِكَ
عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ....
·
Memohon rahmat diperintahkan bagi setiap muslim,
sementara membaca shalawat hanya khusus bagi Nabi r
·
Rahmat Allah mencakup segala sesuatu, sementara
shalawat khusus untuk hamba tertentu.
Pendapat yang benar adalah apa yang dijelaskan oleh Abul
Aliyah Rufai’I ibnu Mahron Al-Riayhi yang diriwayatkan oleh Al-Bukahri. Ia
berkata: Shalawat Allah kepada Nabi-Nya berarti pujian-Nya di tempat yang
tertinggi.
-Tidak diperbolehkan mengucapakan shalawat dan salam secara
berkesinambungan kecuali kepada Nabi, selain mereka dibolehkan pada saat-saat
tertentu saja. Sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bukahri dalam kitab shahihnya,
bahwa Nabi r bertanya tentang
shadaqah yang didatangkan kepadanya. Maka dikatakan kepadanya bahwa itu adalah
dari keluarga Abi Aufa. Maka Nabi r
mengucapkan: َاللهُمَّ صَلِّ
عَلىَ أَبِي أَوْفَى (Ya Allah berikanlah kesejahteraan kepada keluarga Abi
Aufa). Oleh karenanya, boleh mengucapkan shalawat kepada orang tertentu yang
dikenal kebaikannya dengan syarat perbuatan tersebut tidak dijadikan sebagai
kebiasaan.
-Penulisan
shalawat kepada Nabi dengan simbol صلعم adalah perbuatn yang tidak sesuai dengan
sunnah. Dan telah disebutkan oleh Al-Shakhawi Al-Syafi’I dalam kitab “Fathul
Mugits syarah Alfiatul Hadits bahwa orang yang paling pertama menulis (ص) dipotong tangannya.
[1] Seorang
lelaki mendatangi Malik rahimhullah, lalu ia berkata: “Dari manakah saya harus
berihram”
Imam Malik menjawab: Dari miqat yang telah ditetapkan oleh
Rasulullah r.
Lelaki itu berkata kembali: Jika aku berihram dari tempat yang
lebih jauh (sebelum sampai di miqot)?.
Imam Malik berkata: Aku tidak berpendapat yang demikian.
Lelaki tersebut berkata: Dia tidak meninggalkan apa-apa yang menjadi dasar
kewajiban
Imam Malik berkata: Aku khawatir akan terjadinya fitnah.
Lelaki tersebut menimpali: Fitnah apakah yang engkau
khawatirkan dengan bertambahnya kebaikan?
Imam Malik menegaskan: Sesungguhnya Allah I
berfirman
فَلْيَحْذَرِ الَّذِيْنَ يُخَالِفُوْنَ عَنْ
أَمْرِهِ أَنْ تُصِيْـبَهُمْ فِـتْـنَةٌ أَوْ يُصِيْـبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ
“Maka hendaklah
orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau
ditimpa azab yang pedih” QS. Al-Nur:
63.
[1] QS.
Al-An’am:88
[2] QS.
Ibrahim: 7
[3] QS.
Al-An’am: 91
[4] QS.
Al-Nahl: 116
[5] QS.
Al-Nisa’:64
[6] QS.
Al-Naml: 62.
[7]
QS.Az-Zumar: 53
[8] QS.
Al-An’am: 16
[9] QS.
Fushshilat: 23
[10] QS.
Al-Nur: 63
[11] Makna
mengucapakan shalawat kepada Nabi
Muhammad r:
Sebagian ulama mengatakan bahwa: Ucapan shalawat yang berasal
dari Allah berarti curahan rahmat, perkataan ini ditentang oleh Ibnu Qoyyim
dengan tiga alasan:
·
Antara rahmat dan shalawat terdapat perbedaan,
sebab Allah membedakan antara keduanya, sebagaimana disebutkan di dalam firman
Allah Ta’ala:ُألَئِكَ
عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ....
·
Memohon rahmat diperintahkan bagi setiap muslim,
sementara membaca shalawat hanya khusus bagi Nabi r
·
Rahmat Allah mencakup segala sesuatu, sementara
shalawat khusus untuk hamba tertentu.
Pendapat yang benar adalah apa yang dijelaskan oleh Abul
Aliyah Rufai’I ibnu Mahron Al-Riayhi yang diriwayatkan oleh Al-Bukahri. Ia
berkata: Shalawat Allah kepada Nabi-Nya berarti pujian-Nya di tempat yang
tertinggi.
-Tidak diperbolehkan mengucapakan shalawat dan salam secara
berkesinambungan kecuali kepada Nabi, selain mereka dibolehkan pada saat-saat
tertentu saja. Sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bukahri dalam kitab shahihnya,
bahwa Nabi r bertanya tentang
shadaqah yang didatangkan kepadanya. Maka dikatakan kepadanya bahwa itu adalah
dari keluarga Abi Aufa. Maka Nabi r
mengucapkan: َاللهُمَّ صَلِّ
عَلىَ أَبِي أَوْفَى (Ya Allah berikanlah kesejahteraan kepada keluarga Abi
Aufa). Oleh karenanya, boleh mengucapkan shalawat kepada orang tertentu yang
dikenal kebaikannya dengan syarat perbuatan tersebut tidak dijadikan sebagai
kebiasaan.
-Penulisan
shalawat kepada Nabi dengan simbol صلعم adalah perbuatn yang tidak sesuai dengan
sunnah. Dan telah disebutkan oleh Al-Shakhawi Al-Syafi’I dalam kitab “Fathul
Mugits syarah Alfiatul Hadits bahwa orang yang paling pertama menulis (ص) dipotong tangannya.
[12] Seorang
lelaki mendatangi Malik rahimhullah, lalu ia berkata: “Dari manakah saya harus
berihram”
Imam Malik menjawab: Dari miqat yang telah ditetapkan oleh
Rasulullah r.
Lelaki itu berkata kembali: Jika aku berihram dari tempat yang
lebih jauh (sebelum sampai di miqot)?.
Imam Malik berkata: Aku tidak berpendapat yang demikian.
Lelaki tersebut berkata: Dia tidak meninggalkan apa-apa yang menjadi dasar
kewajiban
Imam Malik berkata: Aku khawatir akan terjadinya fitnah.
Lelaki tersebut menimpali: Fitnah apakah yang engkau
khawatirkan dengan bertambahnya kebaikan?
Imam Malik
menegaskan: Sesungguhnya Allah I
berfirman
فَلْيَحْذَرِ
الَّذِيْنَ يُخَالِفُوْنَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيْـبَهُمْ فِـتْـنَةٌ أَوْ
يُصِيْـبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ
“Maka hendaklah orang-orang yang
menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang
pedih” QS.
Al-Nur: 63.
Penyusun
: Majid bin Su'ud al-Usyan
Terjemah : Muzafar Sahidu bin Mahsun Lc.
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
0 komentar:
Posting Komentar