BERLINDUNG DARI 4 PETAKA
TAKHRIJUL HADITS :
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Nasaai dengan sanad yang shohih dalam As Sunan (Al Mujtaba); Kitab Al Isti’adzah; bab Al Isti’adzah Min Qalbin Laa Yakhsya’ , juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Al-Musnad ; Kitab Musnad Al Muktsirina min Ash Shohabah; Bab Musnad Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash; dan diriwayatkan pula oleh Tirmidzi dalam As Sunan; Kitab Ad Da’awaat ‘an Rasulillah; Bab Maa Jaa fii Jaami’ ad Da’awaat ‘anin Nabi . Hadits yang semakna dengan ini juga diriwayatkan oleh beberapa imam lainnya dari beberapa sahabat Rasulullah shallallohu alaihi wa sallam namun dengan matan (redaksi) hadits yang sedikit berbeda, diantaranya Imam Muslim dari sahabat Zaid bin Arqam radhiyallohu anhu dengan matan yang lebih lengkap, Ibnu Hibban dalam Shohihnya dari hadits Jabir bin Abdillah radhiyallohu anhuma, Abu Hurairah radhiyallohu anhu juga meriwayatkan hadits semacam ini dan dikeluarkan oleh Abu Daud, Nasaai, Ibnu Majah dan Hakim. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Hakim dalam Al Mustadrak dan Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf dari sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallohu anhu.
BIOGRAFI SINGKAT SAHABAT PEROWI HADITS
SYARAH HADITS
Para ulama kita menyebutkan beberapa makna ilmu yang tidak bermanfaat diantaranya :
a. Ilmu yang diharamkan untuk dipelajari seperti ilmu sihir
Allah Azza wa Jalla berfirman (artinya) :
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Nasaai dengan sanad yang shohih dalam As Sunan (Al Mujtaba); Kitab Al Isti’adzah; bab Al Isti’adzah Min Qalbin Laa Yakhsya’ , juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Al-Musnad ; Kitab Musnad Al Muktsirina min Ash Shohabah; Bab Musnad Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash; dan diriwayatkan pula oleh Tirmidzi dalam As Sunan; Kitab Ad Da’awaat ‘an Rasulillah; Bab Maa Jaa fii Jaami’ ad Da’awaat ‘anin Nabi . Hadits yang semakna dengan ini juga diriwayatkan oleh beberapa imam lainnya dari beberapa sahabat Rasulullah shallallohu alaihi wa sallam namun dengan matan (redaksi) hadits yang sedikit berbeda, diantaranya Imam Muslim dari sahabat Zaid bin Arqam radhiyallohu anhu dengan matan yang lebih lengkap, Ibnu Hibban dalam Shohihnya dari hadits Jabir bin Abdillah radhiyallohu anhuma, Abu Hurairah radhiyallohu anhu juga meriwayatkan hadits semacam ini dan dikeluarkan oleh Abu Daud, Nasaai, Ibnu Majah dan Hakim. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Hakim dalam Al Mustadrak dan Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf dari sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallohu anhu.
BIOGRAFI SINGKAT SAHABAT PEROWI HADITS
Nama lengkap beliau adalah Abdullah
bin ‘Amr bin Al ‘Ash bin Wa-il bin Hasyim bin Su’aid bin Sahm bin ‘Amr
bin Hushaish bin Ka’ab bin Luay Al Qurasyi As Sahmi. Kuniyah beliau
yang terkenal adalah Abu Muhammad, ada juga yang mengatakan Abu
Abdirrahman dan ada yang menyebut dengan Abu Nushair.
Ayah
beliau juga seorang sahabat Rasulullah shallallohu alaihi wa sallam
yang terkenal ‘Amru bin Al ‘Ash radhiyallohu anhu, menurut Imam
Muhammad bin Sa’ad bahwa Abdullah bin ‘Amr masuk Islam sebelum ayah
beliau dan selisih antara umur beliau dengan umur ayah beliau hanya 12
tahun.
Beliau banyak
meriwayatkan hadits dari Nabi Muhammad shallallohu alaihi wa sallam dan
menuliskannya dalam buku yang dinamakan dengan Ash Shahifah Ash
Shodiqah. Beliau juga terkenal sebagai ahli ibadah dan kisah-kisah
tentang ibadah beliau serta semangat beliau dalam beribadah sangat
banyak disebutkan dalam buku-buku para ulama yang membicarakan biografi
beliau secara lengkap (Sebagai contoh, baca : Al Ishobah (4/165) dan
Shifah Ash Shafwah (1/333-335)).
Beliau
wafat tahun 65 H dalam usia 72 tahun di negeri Syam, ada juga pendapat
lain yang mengatakan beliau wafat di Mekkah, Thoif atau di Mesir,
wallohu a’lam.
Semoga Allah senantiasa meridhoi beliau dan merahmatinya.
SYARAH HADITS
Hadits ini menyebutkan diantara
isti’adzah yang pernah diucapkan oleh Nabi Muhammad shallallohu alaihi
wa sallam. Makna Al Isti’adzah adalah berlindung kepada Allah dari
segala sesuatu yang jahat dan ditakuti. Al isti’adzah merupakan salah
satu bentuk doa karena itu dia hanya ditujukan kepada Allah dan
memalingkan ibadah ini kepada selain Allah termasuk diantara bentuk
syirik yang besar.
Dalam hadits ini Nabi Muhammad shallallohu alaihi wa sallam berlindung dari empat perkara :
1) Ilmu yang tidak bermanfaat
Yaitu
ilmu yang tidak mendatangkan manfaat bagi pemiliknya bahkan dapat
menjadi sebab dirinya akan disiksa di hari kiamat. Pada prinsipnya ilmu
dipelajari untuk memberi manfaat bagi kita di dunia dan di akhirat oleh
sebab itu Nabi Muhammad shallallohu alaihi wa sallam mengajarkan salah
satu dzikir yang dianjurkan untuk dibaca setiap paginya setelah
mengerjakan shalat shubuh:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
“Ya Allah aku memohon kepada-Mu ilmu
yang bermanfaat, rezki yang baik dan amalan yang diterima” (HR. Ibnu
Majah dan Ahmad) [Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Majah dalam As
Sunan; Kitab Iqamah Ash Sholah, Bab Maa yuqalu ba'da At Taslim (925),
juga dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam Al Musnad; Kitab Baqi Musnad Al
Anshor; Bab Musnad Ummi Salamah. Dalam kedua sanad hadits ini ada
kelemahan karena terdapat seorang perowi yang mubham (tidak disebutkan
namanya) yaitu Maula Ummi Salamah , namun demikian hadits ini dinilai
hasan oleh Syaikh Abdul Qadir dan Syuaib Al Arnouth karena memiliki
syahid (pendukung) dalam riwayat Thobrani di Al Mu'jam Ash Shoghir
dengan sanad yang shohih , lihat Tahqiq Zaadul Ma'ad ( 2/342)]
Para ulama kita menyebutkan beberapa makna ilmu yang tidak bermanfaat diantaranya :
a. Ilmu yang diharamkan untuk dipelajari seperti ilmu sihir
Allah Azza wa Jalla berfirman (artinya) :
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca
oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan
bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir
(tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir
(mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia…(QS. Al
Baqarah 102)
Ayat
ini merupakan salah satu dalil yang disebutkan oleh para ulama kita
dalam menetapkan bahwa mempelajari sihir hukumnya haram dan
menjerumuskan pelakunya pada kekufuran(lihat Tafsir Al Qurthubi). Imam
Ibnu Qudamah rahimahullah menyatakan : “Mempelajari sihir dan
mengajarkannya hukumnya haramnya kami tidak mengetahui adanya perbedaan
pendapat di kalangan para ulama tentang hal ini”(Al Mughni (12/300))
Dan Allah Azza wa Jalla telah
menegaskan bahwa ilmu sihir adalah ilmu yang tidak bermanfaat,
sebagaimana dalam lanjutan ayat di atas :
“…Dan
mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada
seorangpun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu
yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi,
sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya
(kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat
dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau
mereka mengetahui. …(QS. Al Baqarah 102)
Jika
sekadar mempelajarinya sudah merupakan kekufuran maka apatah lagi
mengajarkan dan menyebarkan ilmu tersebut. Namun akhir-akhir ini ilmu
sihir kembali diminati oleh banyak orang bahkan semakin dipromosikan
dan dikomersialkan lewat berbagai media massa baik itu cetak maupun
elektronik. Para dukun, tukang sihir, paranormal dan yang sejenisnya
didatangi dari berbagai tempat yang sangat jauh padahal hal tersebut
sangat berbahaya bagi keislaman seseorang karena mendatangi mereka akan
mengakibatkan shalat seseorang tidak diterima selama 40 hari dan jika
membenarkan perkataan mereka maka akan menjatuhkan seseorang kepada
kekufuran.(Lihat penjelasannya secara rinci dalam kitab Al Qaul Al
Mufid oleh Syaikh Al Utsaimin (2/5-92))
b. Ilmu yang tidak dibutuhkan;
sebagaimana
halnya orang yang menyibukkan diri mereka pada ilmu kalam dan filsafat.
Ilmu seperti ini tidak dibutuhkan sama sekali bahkan justru hanya
menimbulkan keraguan terhadap suatu kebenaran atau senantiasa
menimbulkan keheranan dan kebingungan bagi orang yang menekuninya.
Lahirnya pemahaman yang senantiasa mengedepankan akal di atas dalil
sebagaimana yang diusung oleh penganut paham liberal adalah salah satu
buah dari menyibukkan diri dan tenggelam dalam ilmu kalam dan filsafat.
Para
ulama salaf telah memperingatkan akan bahaya menyibukkan diri dengan
ilmu kalam, sebagaimana dalam beberapa atsar berikut ini :
* Imam Ahmad berkata : “Tidak akan beruntung selama-lamanya ahli ilmu kalam” .
*
Imam Syafi’i menegaskan : “Hukuman yang saya tetapkan bagi para ahli
ilmu kalam adalah mereka diarak mengelilingi kabilah-kabilah dan
dikatakan kepada mereka ini balasan bagi orang meninggalkan Al Quran
dan As Sunnah serta menyibukkan diri dengan ilmu Kalam.”
*
Beliau juga pernah mengatakan : “Hukuman yang saya tetapkan bagi para
ahli ilmu kalam sebagaimana hukuman yang diberlakukan Umar radhiyallohu
anhu kepada Shabigh”.[ Shabigh adalah seorang yang hidup pada zaman
khalifah Umar bin Khatthab radhiyallohu anhu, dia selalu bertanya
tentang ayat-ayat mutasyabihat dalam Al Quran. Mendengarkan hal itu
Umar radhiyallohu anhu memanggilnya dan menyediakan baginya pelepah
kurma lalu beliau memukul kepalanya hingga berdarah (sebagian riwayat
mengatakan sebanyak 100 kali ), akhirnya Shabigh mengatakan kepada Umar
radhiyallohu anhu : "Cukuplah wahai amirul Mu'minin telah hilang apa
yang selama ini ada di kepala saya" . Kemudian Umar radhiyallohu anhu
memerintahkan untuk mengasingkannya ke Bashrah dan melarang manusia
untuk bergaul dengannya hingga dia benar-benar bertaubat dan ruju' dari
pemikirannya. Lihat kisahnya secara lengkap dalam Sunan Ad Darimi ;
KitabAl Muqaddimah ; Bab Man Haaba Al Futya wa Kariha At Tanaththu' wa
At Tabaddu' ; no 144]
*
Imam Malik mengatakan : “Seandainya Al Kalam termasuk kategori ilmu
(yang disyariatkan) maka tentu para sahabat yang lebih dahulu
membicarakannya (membahasnya) akan tetapi Al Kalam adalah sebuah
kebatilan dan mengajak pada kebatilan”
*
Imam Abu Yusuf berkomentar : “Mengilmui al kalam adalah bentuk
kejahilan seseorang dan jahil terhadap ilmu Kalam adalah tanda ilmu
seseorang”
*
Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah dalam bantahan beliau terhadap ahli mantiq
mengatakan : “Saya senantiasa mengetahui bahwa Ilmu Mantiq Yunani tidak
dibutuhkan (untuk dipelajari) oleh seorang yang cerdas dan orang yang
bodoh tidak akan mengambil manfaat darinya”
Dari
atsar-atsar tersebut sangat jelaslah bagi kita bahwa Ilmu Kalam
bukanlah ilmu yang diperintahkan untuk dipelajari bahkan jika seseorang
tidak mengetahui ilmu tersebut maka itu diantara ciri kebaikannya.
Sejarah dari dahulu hingga sekarang telah membuktikan bahwa ilmu Kalam
tidak mendatangkan kebahagiaan bagi pemiliknya melainkan mengantarkan
kebingungan dan keputusasaan, hal ini telah diakui sendiri oleh
orang-orang yang pernah bergelut dengannya sebagaimana yang disebutkan
dalam biografi mantan tokoh mereka seperti Fakhrur Rozi dan Imam
Ghazali].
c.
Diantara makna ilmu yang tidak bermanfaat adalah ilmu yang walaupun
dari segi dzat atau materinya adalah kebenaran dan kebaikan yang
bersumber dari Al Quran dan As Sunnah namun pemiliknya tidak mengambil
manfaat darinya; tidak diamalkan, tidak diajarkan dan tidak merubah
perangai dan akhlaknya.
Imam
Hasan Al Bashri pernah mengatakan: “Ilmu itu ada dua macam : ilmu yang
ada dalam hati; itulah ilmu yang bermanfaat dan ilmu yang hanya ada
pada lisan yang merupakan hujjah (alasan) bagi Allah untuk menyiksa
seorang hamba”. [Atsar Hasan Al Bashri ini diriwayatkan oleh Imam Ad
Darimi dalam As Sunan dengan sanad yang shohih, Kitab Al Muqaddimah;
Bab At Tawbikh Liman Yathlubul 'Ilma Lighairillah) Maksud perkataan
beliau bahwa ilmu lisan adalah ilmu yang sekadar teori yang diucapkan
namun tidak diikuti dengan pengamalan dan tidak melahirkan kekhusyu'an
dalam hati adapun ilmu hati adalah ilmu yang mampu mentazkiyah hatinya
dan mengkhusyu'kannya sehingga melahirkan amalan-amalan yang sholih.
Sebagian salaf pernah mengatakan : "Sebuah perkataan jika benar-benar
berasal dari hati yang suci maka akan mengena pada hati-hati pendengar
namun jika hanya keluar dari lisan seseorang maka juga hanya akan
singgah di pendengaran"
Diantara
fenomena yang perlu dikhawatirkan pada ummat kita sekarang ini
banyaknya para penuntut ilmu syar'i menjadikan ilmu hanyalah sebagai
sarana untuk menggapai materi keduniaan sehingga hal yang menjadi
prioritas bagi mereka adalah bagaimana mereka mampu menguasai Al Quran
dan As Sunnah untuk dijadikan bahan ceramah kemudian disertai dengan
mempelajari trik-trik berkomunikasi yang efektif agar dakwahnya mampu
memikat para pendengar. Maka lahirlah begitu banyak para da'i yang
mampu memikat para pendengar namun mereka sangat jauh dari apa yang
mereka katakan.[Saat ini semakin terbuka sarana untuk melahirkan
da'i-da'i model ini dengan diadakannya kontes para da'i di sebagian
program TV dimana mereka mencampurkan antara al haq dan al bathil ,
mencampurkan antara Quran Allah dengan Quran Syaitan (nyanyian dan
musik) , Wallohul Musta'an wa Ilaihi Al Musytaka !!!) Inilah hakikat
ilmu lisan yang diperingatkan oleh Imam Hasan Al Bashri rahimahullah].
Dalil-dalil berikut hendaknya menjadi peringatan bagi setiap penuntut ilmu syar’i dan para da’i :
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika menyebutkan beberapa sifat yang tercela yang dimiliki oleh orang Bani Israil (artinya) :
“Mengapa
kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan
diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)?
Maka tidakkah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah : 44)
Firman Allah dalam Surah Ash Shaff : 2 -3 (artinya) :
“Hai
orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu
perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan
apa-apa yang tiada kamu kerjakan”.
Rasulullah shallallohu alaihi wa sallam menceritakan salah satu dari pemandangan yang beliau saksikan pada saat Isra’ Mi’raj :
مَرَرْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي عَلَى
قَوْمٍ تُقْرَضُ شِفَاهُهُمْ بِمَقَارِيضَ مِنْ نَارٍ قُلْتُ مَا
هَؤُلَاءِ قَالَ هَؤُلَاءِ خُطَبَاءُ أُمَّتِكَ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا
كَانُوا يَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَيَنْسَوْنَ أَنْفُسَهُمْ
وَهُمْ يَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا يَعْقِلُونَ (رواه أحمد)
“Pada saat Isra’ Mi’raj saya melewati
sebuah kaum yang menggunting-gunting bibir-bibir mereka dengan
gunting-gunting neraka, aku bertanya kepada Jibril : “Apa yang mereka
lakukan itu ?” . Jibril menjawab : Mereka adalah para khatib dari
kalangan ummatmu yang sewaktu di dunia mereka senantiasa mengajak
manusia kepada kebaikan namun mereka melupakan diri mereka sendiri
padahal mereka membaca Al Quran apakah mereka tidak memahami?” (HR.
Ahmad)
Dalam hadits lain Rasulullah shallallohu alaihi wa sallam menceritakan diantara pemandangan yang mengerikan di hari kiamat :
يُؤْتَى بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
فَيُلْقَى فِي النَّارِ فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُ بَطْنِهِ فَيَدُورُ بِهَا
كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِالرَّحَى فَيَجْتَمِعُ إِلَيْهِ أَهْلُ
النَّارِ فَيَقُولُونَ يَا فُلَانُ مَا لَكَ أَلَمْ تَكُنْ تَأْمُرُ
بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَى عَنْ الْمُنْكَرِ فَيَقُولُ بَلَى قَدْ كُنْتُ
آمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ وَأَنْهَى عَنْ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ
(متفق عليه )
“Pada hari kiamat akan didatangkan
seorang laki-laki lalu dilemparkan ke dalam neraka hingga terburai
ususnya lalu dia mengitari neraka sebagaimana keledai yang mengitari
penggilingan, maka para penduduk neraka mengelilinginya seraya bertanya
: “Wahai Fulan, (mengapa keadaanmu demikian) bukankah kamu dulu
senantiasa mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran”? Dia
menjawab : “Ya, dulu (di dunia) aku mengajak kepada kebaikan namun aku
tidak melaksanakannya dan aku cegah manusia dari kemungkaran lalu aku
yang mengerjakannya” (HR. Bukhari dan Muslim)
2) Hati yang tidak khusyu’
Perkara
kedua yang Rasulullah shallallohu alaihi wa sallam meminta perlindungan
darinya adalah dari hati yang tidak khusyu’. Hati yang tidak khusyu’
adalah hati yang tidak mampu mentadabburi ayat-ayat Allah dan tidak
merasakan ketenangan pada saat berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla.
Allah Azza wa Jalla berfirman dalam beberapa ayat-Nya tentang ciri-ciri orang yang beriman (artinya):
(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.(QS. Ar Ra’ad : 28)
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka
ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan hanya kepada
Rabblah mereka bertawakkal. (QS. Al Anfaal : 2)
Allah
telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur’an yang
serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit
orang-orang yang takut kepada Rabbnya, kemudian menjadi tenang kulit
dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan
kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya…(QS. Az Zumar : 22)
Sebaliknya
orang-orang kafir terutama orang Yahudi adalah orang-orang yang
memiliki hati yang keras, sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
firmankan dalam beberapa ayat-Nya :
Kemudian setelah itu hatimu (kaum Bani Israil) menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. (QS. Al Baqarah : 74)
Belumkah
datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka),
dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah
diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang
atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara
mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al Hadid : 16)
Maka
apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama
Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang
membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah
membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang
nyata. (QS. Az Zumar : 22)
Diantara
hal yang sangat prinsip bagi seorang mu’min adalah wajib baginya untuk
tidak bertasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafir dalam segala hal baik
dalam penampilan zhahir maupun yang batin. Janganlah kita menjadi
seorang yang sangat berbeda dengan orang kafir dari sisi penampilan
zhohir namun hatinya diterlantarkan dan tidak diberikan kebutuhannya
sehingga menjadi hati yang sakit atau bahkan hati yang mati. Wal’iyadzu
billahi.
3) Doa yang tidak didengarkan
Ini
salah satu musibah yang terbesar bagi seorang hamba ketika doa dan
permintaannya tidak lagi didengar oleh Allah, karena kita adalah hamba
yang sangat fakir di hadapan-Nya. Maksud dari doa yang tidak
didengarkan adalah doa yang tidak dikabulkan bukan berarti Allah tidak
mampu mendengarkan permintaannya, karena Allah Maha Mendengar segala
sesuatu. Dalam Al Quran Allah Azza wa Jalla telah menjamin untuk
senantiasa menerima dan mengabulkan permintaa hamba-Nya, akan tetapi
kadang ada doa yang tidak diterima disisi-Nya disebabkan beberapa
faktor, antara lain:
a. Doa untuk perbuatan dosa dan memotong tali silaturahim sebagaimana yang disabdakan Rasulullah shallallohu alaihi wa sallam :
لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ (رواه مسلم )
“Seorang hamba senantiasa akan
dikabulkan doanya selama dia tidak berdoa untuk suatu dosa dan
memutuskan silaturahmi” (HR. Muslim dari sahabat Abu Hurairah
radhiyallohu anhu)(11)
b. Tergesa-gesa untuk melihat hasil dari doanya
Rasulullah shallalohu alaihi wa sallam bersabda :
يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي (متفق عليه)
“Seorang diantara kalian akan
diterima doanya selama dia tidak tergesa-gesa (melihat hasilnya) yaitu
dia mengatakan aku telah berdoa namun belum dikabulkan permintaanku”
(HR. Bukhari dan Muslim)(12)
c. Harta yang dimilikinya semuanya berasal dari barang yang haram
… الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ
أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ
وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ
بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ (رواه مسلم)
(Rasulullah shallallohu alaihi wa
sallam menceritakan) seseorang yang mengadakan perjalanan dalam waktu
yang lama pakaian dan rambutnya telah lusuh berdebu dia menadahkan
tangannya ke atas langit seraya berkata : Ya Rabb, ya Rabb, namun
makanannya berasal dari harta yang haram, minumannya juga dari yang
haram, pakaiannya juga berasal dari yang haram serta dia telah
dikenyangkan dengan yang haram maka bagaimana mungkin doanya akan
diterima” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallohu anhu)(13)
d. Meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ عَنْ
النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ
لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ أَوْ
لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ
تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ (رواه الترمذي )
Dari Hudzaifah bin Yaman radhiyallohu
anhu dari Nabi shallallohu alaihi wa sallam bersabda : “Demi yang
jiwaku berada di tangan-Nya, hendaknya kalian bersungguh-sungguh untuk
beramar ma’ruf nahi mungkar atau sudah dekat masanya Allah mengutus
atas kalian siksa dari-Nya kemudian kalian berdoa kepada-Nya lalu Allah
tidak mengabulkan doa-doa kalian”
(HR. Tirmidzi)(14)
4) Jiwa yang tidak kenyang
Yang
dimaksud di sini adalah jiwa yang tidak pernah puas dan bersyukur atas
nikmat Allah yang sifatnya duniawi, adapun tidak pernah puas terhadap
kenikmatan ukhrawi dan ingin agar selalu ditambahkan kepadanya maka hal
tersebut disyariatkan sebagaimana firman Allah :
“…dan katakanlah: “Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”
(QS. Thaha : 114)
Dunia
adalah kesenangan yang menipu dan kebanyakan anak manusia tidak pernah
merasa puas dan kenyang terhadap nikmat duniawi serta rakus akan harta
sehingga mereka senantiasa berlomba-lomba untuk mendapatkan dunia
sebanyak-banyaknya walaupun dengan cara-cara yang tidak dibenarkan
dalam syariat. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallohu alaihi wa
sallam menyebutkan gambaran keadaan ini :
عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ رضي الله عنه
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : وَلَوْ أَنَّ لِابْنِ
آدَمَ وَادِيًا مِنْ مَالٍ لَابْتَغَى إِلَيْهِ ثَانِيًا وَلَوْ كَانَ
لَهُ ثَانِيًا لَابْتَغَى إِلَيْهِ ثَالِثًا وَلَا يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ
آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ (رواه
الترمذي و أحمد
Dari Ubay bin Ka’ab radhiyallohu anhu
bahwa Rasulullah shallallohu alaihi wa sallam bersabda : “Seandainya
anak cucu Adam memiliki harta (emas) sebanyak satu lembah tentu dia
akan mencari lagi harta sebanyak itu dan seandainya dia telah memiliki
harta sebanyak dua lembah tentu dia akan mencari yang ketiga padahal
tidak ada yang memenuhi perut seorang manusia (pada saat dia meninggal
dunia) kecuali tanah dan Allah menerima taubat hamba-Nya yang
bertaubat” (HR. Tirmidzi dan Ahmad) [ Hadits ini diriwayatkan oleh
Tirmidzi dalam As Sunan; Kitab Manaqib 'an Rasulillah; Bab Manaqib
Muadz, Zaid bin Tsabit wa Ubay bin Ka'ab (3793) dan Imam Ahmad dalam Al
Musnad ; Kitab Musnad Al Anshor; Bab Hadits Zirr bin Hubays 'an Ubay
bin Ka'ab . Hadits semakna dengan ini juga diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Muslim dari sahabat Anas bin Malik radhiyallohu anhu)
Ath
Thibi ketika menerangkan hadits ini mengatakan bahwa maknanya: "Anak
cucu Adam memiliki tabiat mencintai harta dan senantiasa berusaha untuk
mendapatkannya serta tidak pernah kenyang darinya kecuali orang yang
telah Allah jaga dan selamatkan jiwanya dari sifat ini dan mereka itu
sangat sedikit" [Lihat : Tuhfatul Ahwadzi (6/519)]
Hadits
Rasulullah shallallohu alaihi wa sallam di atas sangat relevan dengan
keadaan kita sekarang dimana ketika negeri kita menghadapi berbagai
macam krisis moneter yang berkepanjangan, maka diserukan kepada seluruh
rakyat untuk hidup hemat namun ironinya sebagian dari wakil-wakil
rakyat yang berkantong tebal justru menghabiskan dana yang besar untuk
sekadar melancong ke negri-negeri kafir dengan tujuan berbelanja bahkan
yang lebih menggelikan sekaligus menyedihkan mereka tanpa malu-malu
menuntut untuk dinaikkan gaji mereka yang sudah sangat besarnya bahkan
begitu banyak diantara mereka yang terjatuh dalam praktek suap dan
korupsi, Wallohul Musta’an.
PENUTUP DAN KESIMPULAN
Ada beberapa faidah dan pelajaran penting yang dapat kita petik dari hadits yang mulia ini, diantaranya :
1. Disyariatkan berlindung kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari empat perkara di atas
2.
Nabi Muhammad shallallohu alaihi wa sallam adalah seorang manusia yang
senantiasa menampakkan penghambaannya dan pengagungannya kepada Allah
subhanahu wa ta’ala
3.
Pelajaran yang berharga bagi setiap pribadi dari ummat ini untuk
senantiasa diliputi oleh rasa takut kepada Allah Azza wa Jalla dan
menyadari eksistensinya sebagai seorang hamba yang fakir di hadapan
Rabb-Nya
4.
Anjuran dan pelajaran bagi ummat Islam untuk banyak berdoa dengan doa
di atas karena pada hakikatnya Rasulullah shallallohu alaihi wa sallam
menyebut doa ini untuk kepentingan kita karena beliau seorang yang
ma’shum (terjaga) dari keempat perkara di atas
5.
Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa larangan bersajakYang
dimaksudkan bersajak pada doa adalah berdoa dengan kalimat-kalimat yang
huruf-huruf akhirnya selalu sama, seperti contoh di atas dimana Nabi
Muhammad shallallohu alaihi wa sallam berlindung kepada empat perkara
yang semuanya berakhir dengan huruf ‘ain (ع). Larangan bersajak pada
saat berdoa disebutkan dalam sebuah atsar yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari berkenaan dengan beberapa wasiat Ibnu Abbas kepada Ikrimah
diantaranya : “Jauhilah bersajak pada saat berdoa karena saya mendapati
Rasulullah shallallohu alaihi wa sallam dan para sahabat senantiasa
menjauhinya”. Atsar ini disebutkan oleh Imam Bukhari dalam Ash Shohih;
Kitab Ad Da’awaat; bab Maa Yukrahu Min As Saj’i Fid Du’aa
(Dimakruhkannya Bersajak Pada saat Doa] namun dikhususkan bagi mereka
yang memaksa-maksakan diri bersajak pada saat doa, adapun seseorang
yang memiliki lisan yang fasih dan cita rasa bahasa Arab yang tinggi
sehingga berdoa dengan bahasa yang sangat teratur dan bersajak tanpa
dipaksa-paksakan maka hal itu dibolehkan, wallohu a’lam.(markazassunnah)
0 komentar:
Posting Komentar